. ♥ Home Sweet Home ♥: 05/14/11

Pages

Sabtu, 14 Mei 2011

>>Di Balik Guyuran Hujan (Serial Taman Pasutri Part 1)

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 00.10 0 komentar
Mereka bilang kami adalah sosok penghias bumi yang menambah anggun keindahannya. Mereka bilang, kami mawar-mawar indah di taman hati. Mereka bilang, kami adalah pesona bidadari bumi dengan segala kesempurnaan penciptaan. Mereka bilang, kami adalah makhluk yang mampu menunaskan rindu lalu menjelma menjadi gejolak-gejolak asmara, melahirkan cinta yang mengharu biru, sekaligus mampu mengobarkan api cemburu.

Mereka bilang, mereka bilang,  mereka bilang. . . 

Ah, begitu banyak kata-kata yang terucap dari lisan para pujangga. Dan benarlah adanya, kamilah topik yang menjadi inspirasi sekaligus menjadi kuncup-kuncup nan mempesona dalam menggerakkan pena dan tinta para penulis.

Sekiranya seluruh pendapat dan pandangan yang tertuju pada kami dihimpun menjadi satu maka tidak akan pernah tertampung dalam buku tebal nan berjilid-jilid. Dan tentu saja, wahai kaum Adam, pembicaraan tentang kami tak kan pernah gersang atau pun usang seiring musim silih berganti.


>>Syahdunya Taman Pernikahan
               
Di sinilah awal bahagia itu menunaskan secercah cahaya yang menyinari relung hati. Di sinilah bunga-bunga bahagia bermekaran nan harum semerbak. Disinilah karang-karang penantian itu terhempas.

Wahai laki-laki, kalian adalah harapan dan dambaan kami hingga akhir hayat. Kami butuhkan perlindungan kalian yang menghangatkan, perhatian kalian yang menenangkan jiwa, dan kelaki-lakian kalian sebagai seorang pria.

Kami, yang hidup tanpa didampingi laki-laki, akan terjerambab dalam kegelisahan tak berujung, bahkan terkadang terjebak dalam zina. Kami, seperti yang mereka katakan pula, ibarat kupu-kupu yang terbang mencari secercah cahaya untuk menyinari dan menghangatkan diri. Dan cahaya kami adalah kalian, wahai sosok Adam. Kami, bani Hawa, akan hinggap di relung qalbu kalian.

Kami akan “menari-nari” di altar logika, angan, dan harapan kalian kaum pria hingga kalian terbakar api cinta dan didera kerinduan tak berujung. Bukan, begitu?

>>Di Arena Rumah Tangga

Engkau, wahai laki-laki, pasti tau bahwa kami adalah wanita yang selalu bertugas mengurus rumah tangga, menyiapkan makanan, mencuci piring dan pakaian, dan seabrek kegiatan lainnya.

Kami adalah perhiasan dunia bagimu dan sebaik-baik perhiasan itu adalah kami yang berusaha menjadi shalihah lalu istiqamah diatas agama ini. Kami pula adalah ibu bagi anak-anakmu.

Kami berusaha menjadi sekolah sehingga mampu mendidik mereka menjadi punggawa-punggawa bermanhaj nubuwwah yang akan menyebarkan agama Allah. Kami laksana samudera kasih sayang yang tiada bertepi sehingga mereka menjadi tangguh menyusuri terjalnya kehidupan.

Namun, ada yang mengganjal di hati dan mengusik pikiran.


>>Ijinkan Kami Sedikit Mengeluh

Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi para wanita guna mengeluhkan sikap suami mereka yang suka memukul. Mendengar hal itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam langsung berdiri dan mengatakan, ”Aku telah didatangi istri-istri yang mengeluhkan perangai suami mereka yang suka memukul. Aku ingatkan (para suami), jangan sembarangan memukul istri kalian…”(HR. Abu Dawud).

Wahai para suami, lihatlah para Shahabiyah mengeluhkan suami mereka. Mengeluh yang bersifat konstruktif yaitu dengan niat memperbaiki dan membina namun bukan mengeluh dengan kata-kata cacian apalagi penuh kepasrahan. Sebab itu maka melalui tutur ini, ijinkan kami mengeluh dengan penuh cinta.


>>Sirami Kami Dengan. . . .

Ketahuilah bahwa setiap wanita dari segala tingkatan umur sangat membutuhkan ungkapan lembut yang dapat menyentuh gejolak emosinya dan tabiat kewanitaannya. Kami juga membutuhkan sebuah pengakuan perasaan bahwa diri kami memiliki nilai dalam kehidupanmu, memiliki tempat khusus di hati dan perasaanmu sebagai suami.

Karena itu sihir dan siramilah kami dengan kata-kata cintamu. Ungkapkanlah dengan penuh senyum tulus. Janganlah Engkau pendam perasaan itu. Jadilah Engkau suami yang romantis yang mampu membuat kami berkhayal menjadi permaisuri raja di permukaan bumi.

Cobalah Engkau saksikan mereka yang pacaran namun sudah mampu menjadi pujangga bagi wanita yang tak sah menjadi pasangannya. Mereka mampu membius para gadis dengan ungkapan gombal yang dibumbuhi omong kosong belaka.

Namun Engkau?

Engkau lebih berhak dari mereka karena Engkau adalah pasangan kami di dunia dan akherat yang dirajut diatas untaian tali pernikahan yang sah.

Tahukah Engkau bahwa kami akan merasa bahagia ketika mendengar ungkapan cinta yang dapat menggetarkan relung jiwa meski usia kami telah lanjut dan pernikahan telah lama terajut?

Kata-kata yang menyentuh gejolak hati akan dapat mewujudkan kebahagiaan rumah tangga sepasang merpati. Sebagian rumah tangga yang sepi dari ungkapan tersebut akan dilAnda kehancuran dan menjadikan istana rumah tangga berada di tepi jurang kehancuran apalagi jikalau kami tidak memiliki pegangan agama atau memiliki pegangan agama yang tidak kuat.


>>Saat Mata Beradu PAndang

Cobalah Engkau berdiri di hadapan kami lalu pAndanglah mata kami,  diamlah beberapa detik sambil tetap menatap hitam bolanya. Raihlah tangan kami dengan lembut lalu ungkapkanlah:

“Aku mencintaimu duhai istriku.”

“Aku begitu bahagia kala Allah menjadikanmu sebagai belahan jiwaku”.

“Engkau begitu istimewa bagiku”

“Aku rindu dengan masakanmu”

“Sayang, kenapa Engkau mampu membuatku terpikat?”

Selanjutnya Engkau akan meilhat kami begitu berbeda. Tatapan kami akan tertahan untuk waktu yang lebih lama dari biasanya. Ada semacam keengganan untuk memalingkannya. Biasanya diikuti dengan mata yang berbinar dan pupilnya membesar. Alisnya sedikit terangkat. Kami akan tersenyum namun terkadang disertai dengan malu-malu. Lebih jelasnya terjadi perubahan otot-otot disekitar bibir lalu sedikit terbuka.


>>Secarik Kertas dan Seutas Bunga

Atau tulislah ungkapan tersebut pada secarik kertas, lalu taruhlah di atas meja makan, diatas bantal atau ditempat lain. Engkau pun bisa menulis:

 “…untukmu permaisuriku.

Akan kumekarkan kuncup-kuncup bunga kebahagiaan di taman hatimu. Kan kuseka air matamu yang berlinang. Kan kuhembuskan angin segar hingga sejuknya surga kita terasa syahdu. Kini kutabuh genderang pertanda kebahagian akan segera terbit di ufuk rumah.

Kubisikkan padamu dengan penuh kelembutan dan rasa sayang bahwa aku mencintaimu. Rasa cinta ini begitu menggelora dan terpatri dalam lubuk hati.

Ketahuilah, sesungguhnya hari-hari terindah bagiku adalah saat kita bersama-sama mengarungi bahtera hidup ini. Harus jujur kuakui pula bahwa aku bahagia kala Allah menjadikanmu sebagai belahan jiwaku. 

Oya, istriku.

Ini ada mawar merah kutitip untukmu. Aku belajar merangkainya selama tiga hari. Kuhadiahkan spesial untukmu. Cantik, cantik terangkai, kan?

Always keep your beauty smile. . .” 


>>Di Balik Dentuman  Hujan

Ketika dentuman hujan menerjang bumi, derasnya kan menghantam atap rumah kita. Engkau bisa mengajak kami bercanda dan bermain di taman bunga halaman rumah. Ajaklah kami berlarian sambil meriang-gembira untuk melepas kepenatan. Betapa bahagianya kami pada saat-saat seperti ini. Kita bersama-sama diguyur hujan sambil mengualitaskan asmara dan menggelorakan rasa.

Indah, indah, indah. Syahdu, syahdu, syahdu, bukan?


Ketika hujan semakin menderas atau mulai membuyar, cobalah kembali Engkau berhadapan dengan kami. Pandanglah hitam bola mata kami yang menawan. Biarkan tatapan mata kita beradu pandang dan tertahan beberapa lama. Usaplah air hujan yang menetes di dagu atau hidung kami yang memancung.

Tentu saja kan Engkau dapati mata kami membinar. Dengan suara yang lirih, ucapkanlah:

 “Aku bingung. Kenapa Engkau begitu mampu membuatku terpikat?” 

Ceralah dunia dan kami akan tersenyum dan tersipu malu-malu bersamaan dengan menghijaunya rerumputan, bunga-bunga bermekaran, kupu-kupu datang menyusuri taman dan pelangi kan memamerkan semburat pesona warna-warna mewah.

***

Catatan penulis:

Tulisan ini adalah artikel yang kami buat setahun yang lalu. Kami mengeditnya dengan menambah dan mengurangi beberapa bagian. Kami minta maaf karena pena kami menjelma menjadi suara hati wanita. Bukan untuk meyerupai wanita atau memfiktifkan suasana namun agar ide-ide yang kami paparkan lebih hidup, mudah dan apik tercerna oleh perasaan siapapun yang membaca baik wanita maupun kami sebagai laki-laki yang menjadi obyek tulisan.

Subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila ha illa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.


Fachrian Cansa Akiera As-samawiy
Mataram, Kota Ibadah, selesai ditulis saat gerimis setelah Maghrib, Jum'at 12 Mei 2011 M

>>Di Balik Guyuran Hujan (Serial Taman Pasutri Part 1)

0 komentar
Mereka bilang kami adalah sosok penghias bumi yang menambah anggun keindahannya. Mereka bilang, kami mawar-mawar indah di taman hati. Mereka bilang, kami adalah pesona bidadari bumi dengan segala kesempurnaan penciptaan. Mereka bilang, kami adalah makhluk yang mampu menunaskan rindu lalu menjelma menjadi gejolak-gejolak asmara, melahirkan cinta yang mengharu biru, sekaligus mampu mengobarkan api cemburu.

Mereka bilang, mereka bilang,  mereka bilang. . . 

Ah, begitu banyak kata-kata yang terucap dari lisan para pujangga. Dan benarlah adanya, kamilah topik yang menjadi inspirasi sekaligus menjadi kuncup-kuncup nan mempesona dalam menggerakkan pena dan tinta para penulis.

Sekiranya seluruh pendapat dan pandangan yang tertuju pada kami dihimpun menjadi satu maka tidak akan pernah tertampung dalam buku tebal nan berjilid-jilid. Dan tentu saja, wahai kaum Adam, pembicaraan tentang kami tak kan pernah gersang atau pun usang seiring musim silih berganti.


>>Syahdunya Taman Pernikahan
               
Di sinilah awal bahagia itu menunaskan secercah cahaya yang menyinari relung hati. Di sinilah bunga-bunga bahagia bermekaran nan harum semerbak. Disinilah karang-karang penantian itu terhempas.

Wahai laki-laki, kalian adalah harapan dan dambaan kami hingga akhir hayat. Kami butuhkan perlindungan kalian yang menghangatkan, perhatian kalian yang menenangkan jiwa, dan kelaki-lakian kalian sebagai seorang pria.

Kami, yang hidup tanpa didampingi laki-laki, akan terjerambab dalam kegelisahan tak berujung, bahkan terkadang terjebak dalam zina. Kami, seperti yang mereka katakan pula, ibarat kupu-kupu yang terbang mencari secercah cahaya untuk menyinari dan menghangatkan diri. Dan cahaya kami adalah kalian, wahai sosok Adam. Kami, bani Hawa, akan hinggap di relung qalbu kalian.

Kami akan “menari-nari” di altar logika, angan, dan harapan kalian kaum pria hingga kalian terbakar api cinta dan didera kerinduan tak berujung. Bukan, begitu?

>>Di Arena Rumah Tangga

Engkau, wahai laki-laki, pasti tau bahwa kami adalah wanita yang selalu bertugas mengurus rumah tangga, menyiapkan makanan, mencuci piring dan pakaian, dan seabrek kegiatan lainnya.

Kami adalah perhiasan dunia bagimu dan sebaik-baik perhiasan itu adalah kami yang berusaha menjadi shalihah lalu istiqamah diatas agama ini. Kami pula adalah ibu bagi anak-anakmu.

Kami berusaha menjadi sekolah sehingga mampu mendidik mereka menjadi punggawa-punggawa bermanhaj nubuwwah yang akan menyebarkan agama Allah. Kami laksana samudera kasih sayang yang tiada bertepi sehingga mereka menjadi tangguh menyusuri terjalnya kehidupan.

Namun, ada yang mengganjal di hati dan mengusik pikiran.


>>Ijinkan Kami Sedikit Mengeluh

Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi para wanita guna mengeluhkan sikap suami mereka yang suka memukul. Mendengar hal itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam langsung berdiri dan mengatakan, ”Aku telah didatangi istri-istri yang mengeluhkan perangai suami mereka yang suka memukul. Aku ingatkan (para suami), jangan sembarangan memukul istri kalian…”(HR. Abu Dawud).

Wahai para suami, lihatlah para Shahabiyah mengeluhkan suami mereka. Mengeluh yang bersifat konstruktif yaitu dengan niat memperbaiki dan membina namun bukan mengeluh dengan kata-kata cacian apalagi penuh kepasrahan. Sebab itu maka melalui tutur ini, ijinkan kami mengeluh dengan penuh cinta.


>>Sirami Kami Dengan. . . .

Ketahuilah bahwa setiap wanita dari segala tingkatan umur sangat membutuhkan ungkapan lembut yang dapat menyentuh gejolak emosinya dan tabiat kewanitaannya. Kami juga membutuhkan sebuah pengakuan perasaan bahwa diri kami memiliki nilai dalam kehidupanmu, memiliki tempat khusus di hati dan perasaanmu sebagai suami.

Karena itu sihir dan siramilah kami dengan kata-kata cintamu. Ungkapkanlah dengan penuh senyum tulus. Janganlah Engkau pendam perasaan itu. Jadilah Engkau suami yang romantis yang mampu membuat kami berkhayal menjadi permaisuri raja di permukaan bumi.

Cobalah Engkau saksikan mereka yang pacaran namun sudah mampu menjadi pujangga bagi wanita yang tak sah menjadi pasangannya. Mereka mampu membius para gadis dengan ungkapan gombal yang dibumbuhi omong kosong belaka.

Namun Engkau?

Engkau lebih berhak dari mereka karena Engkau adalah pasangan kami di dunia dan akherat yang dirajut diatas untaian tali pernikahan yang sah.

Tahukah Engkau bahwa kami akan merasa bahagia ketika mendengar ungkapan cinta yang dapat menggetarkan relung jiwa meski usia kami telah lanjut dan pernikahan telah lama terajut?

Kata-kata yang menyentuh gejolak hati akan dapat mewujudkan kebahagiaan rumah tangga sepasang merpati. Sebagian rumah tangga yang sepi dari ungkapan tersebut akan dilAnda kehancuran dan menjadikan istana rumah tangga berada di tepi jurang kehancuran apalagi jikalau kami tidak memiliki pegangan agama atau memiliki pegangan agama yang tidak kuat.


>>Saat Mata Beradu PAndang

Cobalah Engkau berdiri di hadapan kami lalu pAndanglah mata kami,  diamlah beberapa detik sambil tetap menatap hitam bolanya. Raihlah tangan kami dengan lembut lalu ungkapkanlah:

“Aku mencintaimu duhai istriku.”

“Aku begitu bahagia kala Allah menjadikanmu sebagai belahan jiwaku”.

“Engkau begitu istimewa bagiku”

“Aku rindu dengan masakanmu”

“Sayang, kenapa Engkau mampu membuatku terpikat?”

Selanjutnya Engkau akan meilhat kami begitu berbeda. Tatapan kami akan tertahan untuk waktu yang lebih lama dari biasanya. Ada semacam keengganan untuk memalingkannya. Biasanya diikuti dengan mata yang berbinar dan pupilnya membesar. Alisnya sedikit terangkat. Kami akan tersenyum namun terkadang disertai dengan malu-malu. Lebih jelasnya terjadi perubahan otot-otot disekitar bibir lalu sedikit terbuka.


>>Secarik Kertas dan Seutas Bunga

Atau tulislah ungkapan tersebut pada secarik kertas, lalu taruhlah di atas meja makan, diatas bantal atau ditempat lain. Engkau pun bisa menulis:

 “…untukmu permaisuriku.

Akan kumekarkan kuncup-kuncup bunga kebahagiaan di taman hatimu. Kan kuseka air matamu yang berlinang. Kan kuhembuskan angin segar hingga sejuknya surga kita terasa syahdu. Kini kutabuh genderang pertanda kebahagian akan segera terbit di ufuk rumah.

Kubisikkan padamu dengan penuh kelembutan dan rasa sayang bahwa aku mencintaimu. Rasa cinta ini begitu menggelora dan terpatri dalam lubuk hati.

Ketahuilah, sesungguhnya hari-hari terindah bagiku adalah saat kita bersama-sama mengarungi bahtera hidup ini. Harus jujur kuakui pula bahwa aku bahagia kala Allah menjadikanmu sebagai belahan jiwaku. 

Oya, istriku.

Ini ada mawar merah kutitip untukmu. Aku belajar merangkainya selama tiga hari. Kuhadiahkan spesial untukmu. Cantik, cantik terangkai, kan?

Always keep your beauty smile. . .” 


>>Di Balik Dentuman  Hujan

Ketika dentuman hujan menerjang bumi, derasnya kan menghantam atap rumah kita. Engkau bisa mengajak kami bercanda dan bermain di taman bunga halaman rumah. Ajaklah kami berlarian sambil meriang-gembira untuk melepas kepenatan. Betapa bahagianya kami pada saat-saat seperti ini. Kita bersama-sama diguyur hujan sambil mengualitaskan asmara dan menggelorakan rasa.

Indah, indah, indah. Syahdu, syahdu, syahdu, bukan?


Ketika hujan semakin menderas atau mulai membuyar, cobalah kembali Engkau berhadapan dengan kami. Pandanglah hitam bola mata kami yang menawan. Biarkan tatapan mata kita beradu pandang dan tertahan beberapa lama. Usaplah air hujan yang menetes di dagu atau hidung kami yang memancung.

Tentu saja kan Engkau dapati mata kami membinar. Dengan suara yang lirih, ucapkanlah:

 “Aku bingung. Kenapa Engkau begitu mampu membuatku terpikat?” 

Ceralah dunia dan kami akan tersenyum dan tersipu malu-malu bersamaan dengan menghijaunya rerumputan, bunga-bunga bermekaran, kupu-kupu datang menyusuri taman dan pelangi kan memamerkan semburat pesona warna-warna mewah.

***

Catatan penulis:

Tulisan ini adalah artikel yang kami buat setahun yang lalu. Kami mengeditnya dengan menambah dan mengurangi beberapa bagian. Kami minta maaf karena pena kami menjelma menjadi suara hati wanita. Bukan untuk meyerupai wanita atau memfiktifkan suasana namun agar ide-ide yang kami paparkan lebih hidup, mudah dan apik tercerna oleh perasaan siapapun yang membaca baik wanita maupun kami sebagai laki-laki yang menjadi obyek tulisan.

Subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila ha illa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.


Fachrian Cansa Akiera As-samawiy
Mataram, Kota Ibadah, selesai ditulis saat gerimis setelah Maghrib, Jum'at 12 Mei 2011 M
 

♥ Home Sweet Home ♥ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal