. ♥ Home Sweet Home ♥: 05/26/11

Pages

Kamis, 26 Mei 2011

Aku ,..Sahabat Terbaik Untuk Suamiku...

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 19.44 0 komentar

Tidak ada manusia yang setuju untuk melewati kehidupan ini seorang ini. Suara fitrah hati dan logikanya menyatakan dan akan selalu menuntut sebuah kesempurnaan, yaitu pasangan hidup. Betapa indah jika dalam hidup ini kita menemukan seseorang yang begitu mengerti dan menerima apa adanya kita, dan itu berarti menjadi sebenar-benarnya pengisi kekosongan kita sebagai pribadi yang “setengah”. Kehadiran manusia lain tersebut dalam hidup kita menjadikan kita merasa “satu” dan genap.
Dan sebagai seorang yang berpasangan, siapa yang tidak ingin hadirnya sebuah rasa saling pengertian?. Semuanya pasti menginginkannya, bahkan pada pribadi yang jahat dan yang tidak pernah mengerti orang lain sekalipun, dalam hati kecilnya dia sangat membutuhkan pengertian dari orang lain, terkhusus adalah dari keluarganya sendiri. Ya begitulah adanya, walaupun hal itu secara tidak langsung mengindikasikan gambaran keegoisan dari seseorang, namun disadari atau tidak sebuah pengertian sangatlah menjadi salah satu pondasi dasar dari harmonisnya hubungan rumah tangga.
Pengertian timbul karena kerelaan hati menjadikan pasangan kita bukan hanya sebagai suami lengkap dengan sederet atribut hak dan kewajibannya, namun keakraban dan kedekatan akan lebih terasa jika kita dapat menjadikan hubungan itu sebagai sebuah persahabatan yang akrab.

Sahabat berarti berbagi, berbagi kebahagiaan, kesukaan, beban dan atau kesedihan. Banyak orang yang merasa lebih nyaman saat berada bersama sahabatnya. Mereka dapat melakukan apapun dan menjadi begitu sangat terbuka saat berkumpul bersama, tentu saja dengan menanggalkan semua gengsi dan aturan yang terasa begitu mengikat. Jarakpun terasa sangat dekat sekali. Rasanya tak ada yang lebih memahami dan mengerti kecuali saat bersama sahabat.
Namun ketika mereka kembali dalam rumah tangga,mereka menjadi pribadi yang berbeda. Entah karena tuntutan kewajiban atau alasan apapun yang lain, akhirnya mereka menjadi bukan diri mereka sendiri. Pertanyaan yang muncul kemudian, berapa lama mereka akan bertahan dalam hidup seperti itu? semua orang butuh menjadi diri sendiri dan diterima oleh orang lain dalam apa adanya mereka. Dan ternyata begitulah, menjadi sahabat dari pasangan terdekat kita yaitu suami,ternyata sangatlah dibutuhkan.
Menjadi sahabat berarti menerima sepaket apapun yang dianugrahkan Allah kepada pasangan kita. Semua orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Seorang sahabat akan dengan pintar memaklumi dam selanjutnya mengolah semua itu supaya partnernya menjadi pribadi yang lebih baik dimasa depan.
…Seorang sahabat  adalah yang ketika orang lain merendahkan dan atau memandang sebelah mata diri kita, dia akan selalu dengan tangan terbuka menerima kita apa adanya tanpa topeng dan syarat apapun…
Menjadi sahabat berarti berani mendidik diri menjadi pengayom dan pendengar yang baik. Tidak perduli itu wanita ataupun pria, semua manusia punya saat dimana mereka akan merasa jatuh dan atau terpuruk. Disinilah arti “pekerjaan” seorang sahabat yang akan menjadi penyemangat sekaligus semangat untuk mengembalikan partnernya untuk tegak berdiri kembali seperti semula.
Menjadi sahabat berarti melengkapi. Betapa banyak pasangan yang ingin menjadikan pasangannya sebagai obyek pelampiasan dari obsesi atau egonya sendiri. Ketika melihat pasangannya melakukan hal yang bersinggungan dengan keinginannya, seketika itu meledaklah amarahnya. Namun, bukankah pernikahan itu adalah melengkapi bukan merubah?.
Menjadi sahabat berarti setia. Dimanapun dan kapanpun, seorang sahabat akan selalu merindukan sahabatnya. rasa pengertian dan suasana yang ketika bersamanya, tidak akan didapat saat berada bersama orang lain. Dan itulah yang akan membuat kita selalu akan mencintai pasangan kita.
Maka jadikanlah pasangan kita sebagai sahabat terbaik, dan jadilah sahabat yang baik untuk pasangan kita. Seorang sahabat  yang ketika orang lain meremehkan, merendahkan dan atau memandang sebelah mata diri kita tentang apapun, dia akan selalu dengan tangan terbuka menerima dan membahagiakan kita apa adanya tanpa topeng dan syarat apapun.
(syahidah)
http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2011/03/21/13845/aku-sahabat-terbaik-untuk-suamiku/

PADAMU AYAH BUNDA

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 06.06 0 komentar
PADAMU AYAH BUNDA

Bunda?
Kaulah pelita
Penyejuk hati pelipur lara
Pembawa kebahagiaan dalam jiwa
Senyummu menghapus luka
Kasih sayangmu tiada terkira
Meski anakmu takkan pernah bisa tuk membalasnya
Bunda?
Cintamu sepanjang masa
Bagai mentari yang senantiasa
Menyinari dunia dengan kehangatan sinarnya
Bunda?
Ketulusanmu sebening telaga
Penghilang rasa haus dahaga
Kau adalah madrasah yang pertama
Yang mendidik jundi-jundimu mengenal kehidupan dunia
Bunda?
Ketika malam telah larut kau masih terjaga
Dari tidurmu yang hanya sekejap mata
Hanya untuk mengganti kompres di atas kening belahan jiwamu yang
terbaring lemah tak berdaya
Rasa cemas terpancar dari wajahnya
Ketika panas badan anakmu semakin bertambah dan tak kunjung reda
Dalam hatimu berkata : ?Andai saja aku dapat menggantikannya?
Bunda?
Selalu kau sebut nama anak-anakmu dalam setiap doa
Memohon dengan segenap keikhlasan kepada-Nya
Demi keberhasilan anak-anakmu
Bunda?
Tiada kata yang bisa keluar dari mulut ananda
Untuk mengungkapkan ribuan kata terima kasih yang tak terhingga
Satu pinta dari ananda
Semoga Tuhan membalas kebaikan dan jasa-jasamu

Uhibbuki Ya Ummi..Rahimakillah..







AYAHKU SAYANG

Ketika sang istri terbaring kesakitan tak berdaya
Untuk melahirkan buah hati dambaannya
Rasa cemas terpancar dari wajahnya
Tak lupa mulutnya selalu melantunkan do?a
Agar sang istri diberi kemudahan dalam persalinannya
Ketika terdengar jerit tangis yang membahana
Dari mulut mungil yang telah lama ditunggu kedatangannya
Senyum bahagia tersungging dari bibirnya
Tak lupa rasa syukur ia panjatkan ke hadirat-Nya
Bergegas ia menghampiri istri dan anaknya
Ia do'akan anaknya dengan segala kebaikan
Agar kalimat pertama yang didengar darah dagingnya
Adalah kalimat tauhid yang mengesakan Tuhannya
Setelah itu tiba saatnya
Bagi sang ayah untuk memainkan perannya
Membanting tulang untuk masa depan anaknya
Rasa letih tak dihiraukannya
Panas mentari yang menyengat pun diabaikannya
Demi anak-anaknya tercinta
Ayahanda?
Jasamu tiada terkira
Hanya Tuhan yang mampu membalasnya

Uhibbuka Ya Abi..Hafidhakallah..
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Ukhty...

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 05.50 0 komentar
Ukhti...Apakah Engkau Menginginkan Kebahagiaan?

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan cukuplah pujian itu diperuntukkan kepadaNya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas para hambaNya yang terpilih...amma ba'du:

Saudariku Muslimah, Apakah engkau menginginkan kebahagian? Apakah engkau menginginkan ketenangan? Apakah engkau menginginkan keamanan dan kemapanan? Apakah engkau menginginkan hal itu semuanya di dunia dan di akhirat? Sesungguhnya kebahagian itu wahai saudariku Muslimah, semuanya ada dalam ketaatan kepada Allah. Kebahagian seluruhnya ada di dalam meniti di atas manhaj Allah dan di jalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam , Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Al-Ahzab: 71)

Sesungguhnya kesengsaraan (kemalangan) seluruhnya ada dalam kemaksiatan kepada Allah dan kebinasaan seluruhnya ada pada selain manhaj (jalan) Allah dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab: 36)

Saudariku Muslimah, Dengan suara orang yang mencintai dan mengasihi, dengan ucapan orang yang memberikan nasehat dan memberikan peringatan, aku mengajakmu kepada ketaqwaan kepada Allah 'Azza wa Jalla, kemudian aku mengajakmu untuk yang kedua kali agar engkau memuji Allah 'Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat iman dan al-qur'an. Allah telah memuliakanmu, mensucikanmu dan mengangkat kedudukanmu beberapa derajat. Tidak ada ajaran manapun yang lebih tinggi dalam hal mengangkat derajat wanita selain ajaran Islam. Tidak hanya cukup demikian, bahkan Allah banyak menurunkan hukum-hukum yang khusus berkenaan dengan masalah wanita di dalam kitabNya yang mulia. Sedangkan sebelum Islam, wanita dijadikan barang dagangan yang murah dan hina, bagaikan perhiasan yang tidak ada nilainya. Hina di mata walinya, hina di mata keluarganya, serta dihinakan oleh masyarakat yang dia hidup di dalamnya. Oleh karena itu terkadang ia diperlakukan seperti binatang, bahkan perlakuan mereka terhadap binatang lebih baik daripada memperlakukan wanita.

Sesungguhnya engkau, wahai saudariku Muslimah, tidak akan mendapatkan kemuliaanmu kecuali dalam agama ini, maka berpegang teguhlah engkau dengan (agama ini) dan dengarkanlah firman Allah 'Azza wa Jalla yang telah menceritakan kisah orang terdahulu, mestilah engkau selalu mengingatnya agar engkau memuji Allah atas kenikmatan yang engkau dapatkan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl: 58-59)

Memang pada zaman jahiliyah sebelum Islam, benar-benar telah terjadi pembunuhan anak perempuan, bahkan kadang menguburnya hidup-hidup. Sehingga Islam datang sebagai rahmat bagi alam semesta, mewasiatkan untuk mendidik anak-anak perempuan dan memelihara mereka, serta menjadikan pahala yang besar bagi orang yang melaksanakan hal itu.

Ingatlah, kemudian -wahai Ukhti Islam- pujilah Allah yang telah memberi hidayah kepadamu pada agama ini, yang telah memuliakanmu, menghormatimu dan mengangkat kedudukanmu dengan agama ini, di saat wanita-wanita selainmu di alam ini telah tersesat. Kemudian berpegang teguhlah engkau dengan tali yang kuat tersebut (agama Islam), sesungguhnya itu adalah merupakan satu-satunya sandaran, meskipun sandaran-sandaran lain mengkhianatimu. Ketahuilah sesungguhnya engkau akan ditimpa adzab (siksaan) Allah jika engkau tidak tunduk pada perintah-perintah Allah, berhenti pada batasan-batasan dan menjauhi laranganNya.

Saudariku Muslimah Sesungguhnya musuh-musuhmu banyak sekali, dan sesungguhnya orang yang ingin memanfaatkanmu dalam upaya meruntuhkan agama, rasa malu dan keutamaan banyak sekali, dan boleh jadi mereka itu dari kalangan kita sendiri.

Salah seorang dari mereka (musuh-musuh Islam) berkata: "Tidaklah keadaan negeri Timur menjadi makmur melainkan apabila seorang pemudi melepaskan hijabnya dan membenamkan (menguburkan) Al-Qur'an dengannya!". Sesungguhnya dengan hal itu mereka ingin mengeluarkanmu menuju kesengsaraan dan kebinasaan, mereka mengajakmu menuju neraka Jahannam. Maka jika engkau menyambut mereka, mereka akan melemparkanmu ke dalamnya. Mereka ingin agar engkau menjadi wanita durhaka, yang berbuat fasiq dan membuka aurat. Mereka berusaha menggiringmu. Mereka menunggumu dengan sangat sabar agar engkau melepaskan abaya (pakaian muslimah) serta melepaskan hijab dengan segala konsekwensinya, yaitu melepaskan keimanan, rasa malu dan kesucian, kemudian engkau akan meninggalkan kewajiban-kewajiban lainnya.

Pada saat itu, perbuatanmu tersebut menyenangkan mereka (para musuh), mereka mempermainkanmu seperti anak-anak bermain-main dengan bola, dan mereka mempermainkanmu seperti anjing-anjing bermain-main dengan bangkai, semoga Allah menjagamu dari mereka.
Saudariku Muslimah Apa sikapmu terhadap mereka? Sesungguhnya sikap yang ditunggu darimu adalah berpegang teguh pada agama Allah, berjalan di atas rel batasan-batasanNya dan tidak menyambut ajakan mereka.

Buatlah mereka menjadi marah, dengan tidak memperhatikan mereka dan tidak mendengarkan mereka, buatlah mereka menjadi bersedih dengan keteguhanmu berpegang pada agamamu, dengan menjaga rasa malumu dan beriltizam dengan hijabmu.

Saudariku Muslimah Sesungguhnya sebagian wanita menggambarkan bahwa sufur adalah membuka muka wanita saja, tidak...tidak ini saja. Sesungguhnya termasuk sufur adalah pakaian yang ketat, yang pendek dan yang tipis. Sesungguhnya termasuk sufur adalah memakai wangi-wangian ketika keluar menuju tempat-tempat yang di dalamnya ada laki-laki. Sesungguhnya yang termasuk sufur adalah memakai pantalon. Apakah engkau tidak mendengar sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :

Dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihat keduanya ...(dan beliau menyebutkan): Para wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang, mereka menyimpang dari jalan yang benar dan memperlihatkan kejelekan mereka kepada orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring mereka tidak akan memasuki surga, dan mereka tidak akan mendapatkan bau surga, sesungguhnya bau surga tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim).

Ahlu 'Ilmi berkata: makna Para wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang adalah bahwa mereka memakai pakaian akan tetapi pakaian-pakaian itu ketat, tipis atau tidak menutupi seluruh badan.

Saudariku Muslimah Apakah engkau ridha (rela) menjadi penghuni neraka? Apakah engkau ridha memakai pakaian yang dengan pakaian itu engkau menangggalkan rasa malu? Apakah engkau ridha memamerkan dirimu seperti dipamerkannya barang dagangan, lalu setiap orang yang rendah dan hina akan selalu dihubungkan denganmu? Tidak wahai pemudi Islam, aku tidak mengira engkau akan ridha dengan hal yang demikian itu, dan inilah adalah yang diharapkan darimu.

Saudariku Muslimah, Agamamu adalah bentengmu yang amat kokoh, (untuk) memelihara kesucianmu, rasa malumu dan kemulianmu. Agamamu memerintahkanmu untuk berhijab dan memiliki rasa malu.

Kapan saja engkau meninggalkan perintah ini, maka engkau akan ditimpa adzab Allah Subhanahu wa Ta'ala di akhirat Sedangkan di dunia engkau menjadi mangsa serigala-serigala manusia yang ingin mencuri kesucianmu agar engkau merasakan kesusahan (kesedihan) sepanjang hidup. Akan tetapi sebagian akhwat (saudara-saudara perempuan) -semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan hidayah kepada mereka- telah mendengar seruan serigala-serigala itu, tetapi malah bekerja untuk mereka, keadaan mereka (akhawat) seperti perkataan para penyair:
"Kambing digiring menuju kematian,
Dia berjalan dan mengembik menuju para penyembelih."

Saudariku Muslimah, Wahai wanita yang beriman kepada Allah, wahai wanita yang menutupi auratnya dengan penutup yang Allah syari'atkan, waspadalah! Waspadalah dari ketergelinciran, sesungguhnya ketergelinciran akan mengantarkan kepada neraka, dan neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Waspadalah! Waspadalah dari menyerupai wanita-wanita kafir, sesungguhnya barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk (golongan) mereka.

Engkau wahai saudariku Muslimah Seorang wanita yang berkedudukan tinggi, engkau seorang wanita yang mulia dan engkau seorang wanita yang suci. Kedudukanmu tinggi karena Al-Qur'an, engkau mulia karena iman, dan suci karena engkau berpegang-teguh pada agama ini. Maka bagaimana (mungkin) seorang wanita yang suci mengekor wanita yang najis?

Saudariku Muslimah, Sesungguhnya kami, -demi Allah- benar-benar merasa heran terhadap pemudi yang mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam : "Dua golongan ahli neraka...".(al-Hadits.) kemudian tetap senantiasa memakai pakaian yang ketat, tipis dan menyingkap (membuka) wajah dan sebagian tempat-tempat fitnah lainnya.

Maka wahai wanita Muslimah yang shalat dan sujud, wahai orang yang menundukkan kepalamu kepada Dzat (Allah) Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluqNya, dan menundukkan pendengaran dan penglihatan untukNya, apakah tidak cukupkah bagimu hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tadi sebagai larangan? Demi Allah itu adalah merupakan ancaman dan larangan yang sangat keras. Jika diberikan pada gunung-gunung yang kokoh, tentu gunung-gunung itu akan berantakan. Kerugian apakah yang lebih besar daripada diharamkan masuk surga yang penuh kenikmatan? Dan tinggal ditingkatan-tingkatan neraka Jahim?

Saudariku Muslimah, Takutlah engkau kepada Allah dan laksanakan tugas-tugas yang Dia wajibkan kepadamu. Apabila hatimu mengeras maka ingatlah bencana yang telah menimpa orang lain. Engkau tidak tahu kapan bencana itu akan datang kepadamu, sesungguhnya itu adalah maut yang pasti terjadi.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali-Imran :185)

Ingatlah wahai wanita hamba Allah, pada hari di mana engkau diletakkan dalam kuburan, dalam lubang yang gelap dan sepi itu. Ingatlah ketika sangkakala ditiup dan engkau dikumpulkan bersama para makhluq dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang dan kebingunan. Matahari benar-benar akan dekat darimu kurang lebih satu mil, dan engkau akan dipanggil dengan namamu diantara para makhluq untuk dihisab. Bagaimana keadaanmu ketika itu wahai hamba Allah? Di mana persiapanmu wahai wanita yang lalai? Berapa banyak ketergelinciran-ketergelinciran dalam kitabmu? Apakah mode-mode pakaian akan bermanfaat ketika itu? Apakah lagu, sinetron, film dan majalah-majalah (yang merusak) akan bermanfaat? Apakah barang-barang permata akan bermanfaat? Tidak demi Allah, hal itu tidak akan memberikan manfaat sedikitpun selamanya. Yang akan memberikan manfaat pada saat itu hanyalah kebaikan-kebaikan, dan amal-amal shalih, setelah mendapatkan rahmat dari Rabb bumi dan langit.

Ingatlah, Ingatlah wahai wanita hamba Allah, pada hari di mana engkau diletakkan dalam kuburan, dalam lubang yang gelap dan sepi itu. Ingatlah ketika sangkakala ditiup dan engkau dikumpulkan bersama para makhluq dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang dan kebingunan. Matahari benar-benar akan dekat darimu kurang lebih satu mil, dan engkau akan dipanggil dengan namamu diantara para makhluq untuk dihisab.

Bagaimana keadaanmu ketika itu wahai hamba Allah? Di mana persiapanmu wahai wanita yang lalai? Berapa banyak ketergelinciran-ketergelinciran dalam kitabmu? Apakah mode-mode pakaian akan bermanfaat ketika itu? Apakah lagu, sinetron, film dan majalah-majalah (yang merusak) akan bermanfaat? Apakah barang-barang permata akan bermanfaat? Tidak demi Allah, hal itu tidak akan memberikan manfaat sedikitpun selamanya. Yang akan memberikan manfaat pada saat itu hanyalah kebaikan-kebaikan, dan amal-amal shalih, setelah mendapatkan rahmat dari Rabb bumi dan langit.

Ingatlah, maka bertaqwalah kepada Allah wahai putri Islam, bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang ke luar ke pasar-pasar dalam keadaan bertabaruj (memperlihatkan kecantikan) dan membuka muka. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang memakai abaya (pakaian muslimah) untuk perhiasan, bukan untuk menutupi dan kesucian. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang bercampur baur dengan laki-laki. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang keluar (rumah) dalam keadaan memakai wangi-wangian menuju pasar-pasar dan jalan-jalan. Bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang menawarkan dirimu untuk berkhalwat (menyendiri) dengan laki-laki asing.

Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi (berduaan) dengan seorang wanita melainkan setan menjadi orang yang ketiga (diantara) keduanya.

Bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang mendidik anak-anakmu dengan pendidikan yang tidak baik/benar. Engkau tidak mengingatkan mereka dengan ketaatan kepada Allah, tidak menasehati mereka dan tidak menunjukkan mereka pada apa-apa yang dapat memberikan manfaat pada mereka di dunia dan di akhirat. Bertaqwalah kepada Allah dan jagalah dirimu dari menjadi barang mainan di tangan orang-orang yang lemah iman. Bertaqwalah pada Allah dan kembalilah pada petunjuk sebelum datang suatu hari yang pada hari itu hati-hati dan pandangan-pandangan (mata) dibalikkan. Ketahuilah bahwa adzab Allah sangat keras, dan sesungguhnya engkau -demi Allah- tidak akan kuat merasakan adzab neraka.

Sesungguhnya gunung-gunung jika dilewatkan pada neraka maka dia akan meleleh karena kuatnya panas neraka. Maka di mana engkau wahai wanita yang lemah dibandingkan dengan gunung-gunung yang perkasa dan kokoh? Sesungguhnya engkau mampu bersabar atas rasa lapar dan haus, dan engkau mampu bersabar atas bahaya. Akan tetapi demi Allah yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhaq untuk disembah selain Dia, tidak ada kesabaran bagimu terhadap neraka. Ingatlah, maka selamatkanlah dirimu dari neraka sebelum terlambat.

Ketahuilah bahwa dunia ini pasti akan berlalu dan akhirat adalah tempat yang kekal, dan bahwa terbongkarnya kejelekkan-kejelekkan (aib-aib) di hadapan seluruh manusia di hari pembalasan adalah peristiwa yang sangat besar. Maka bertaqwalah engkau kepada Allah, kemudian bertaqwalah engkau kepada Allah wahai hamba Allah!
Semoga Allah memberikanmu taufiq kepada apa-apa yang dicintai dan diridhai olehNya, dan semoga Allah memberikan manfaat kepadamu dari apa-apa yang engkau dengar dan engkau baca, dan semoga Allah menjadikannya sebagai pendukung bagimu bukan sebagai bumerang atasmu.

Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, keluarganya dan para sahabatnya seluruhnya.

[Diterjemahkan oleh: Ummu 'Abdillah As-Salafiyyah, dari buletin da'wah: Daar al-Wathan -Riyadh no: 115, asalnya dari kaset: Ukhtah Hal Turidina As-Sa'adah? Oleh: Syaikh Ali Bin Abdul Kholiq Al-Qorny (setelah disunting)]

(Majalah as-Sunnah Edisi 08/Tahun V/1422H/2001M)
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Mutiara Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah tentang obat ujub

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 05.22 0 komentar
Berkata Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah tentang obat ujub:

"Apabila kamu mengkhawatirkan ujub terhadap amalanmu, maka perhatikanlah; ridho siapa yang kamu cari?, pahala siapa yang kamu harapkan?, hukuman siapa yang kamu takutkan?, kesehatan dan nikmat mana yang kamu syukuri?, dan bencana apa yang kamu ingat?. Sesungguhnya apabila kamu berfikir tentang salah satu dari beberapa perkara ini, pasti menjadi kecil di matamu amalanmu."

(Ma'alim Fit Tarbiyah Wad Dakwah, Mawa'idh Al-Imam Asy-Syafi'i, Penyusun Sholih Ahmad Asy-Syami, hlm 9, Maktabah Syamilah)

Penjelasan:

Ujub adalah sifat yang tercela dan dibenci Allah, yaitu seseorang yang bangga terhadap dirinya dan amalnya.
Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah memberikan lima resep untuk mengobati sifat ujub tersebut:

1. Dalam beramal tentu seseorang mencari ridho Allah, dan dia tidak akan mendapatkan ridho Allah apabila ujub terhadap amalnya.

2. Dalam beramal tentu seseorang mengharapkan pahala Allah, dan dia tidak akan mendapatkan pahala Allah apabila ujub terhadap amalnya.

3. Dalam beramal tentu seseorang mengharapkan selamat dari hukuman Allah, dan dia tidak akan selamat dari hukuman Allah apabila ujub terhadap amalnya.

4. Semua amal kita apabila dibandingkan dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kita tentu masih lebih banyak nikmat Allah yang kita terima yang harus kita syukuri, padahal kita tidak akan mampu mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan sebenarnya. Lalu apa yang kita banggakan dari amal kita?.

5. Berapa banyak bencana yang kita diselamatkan Allah darinya, padahal amal kita tidak seberapa dibanding bencana-bencana yang kita diselamatkan darinya. Lalu apa yang kita banggakan dari amal kita?.

Kalau kita renungkan salah satu dari lima resep tersebut pasti akan hilang dari kita sifat ujub yang tercela itu...
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

LUCU,...[Sebuah Renungan]

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 05.18 0 komentar
Bacalah Dengan Menyebut Nama Tuhanmu Yang Menciptakan

LUCU,...[Sebuah Renungan]

Lucu,..Seseorang begitu sulit dan berat serta menganggap besar mengeluarkan uang 10 ribu infak untuk masjid atau kepada fakir miskin atau di jalan Allah, namun begitu mudah dan ringan serta menganggap kecil untuk membelanjakannya di super market dan mal-mal..

Lucu,..Seseorang merasa sangat lama menghabiskan waktunya 1 jam dalam ibadah, namun merasa amat sebentar kalau untuk bermain-main..

Lucu,..Seseorang merasa sangat berat membaca 1 juz dari Al-Qur'an, namun merasa ringan kalau membaca 300 halaman novel terkenal..

Lucu,..Seseorang lebih percaya kepada berita koran, namun ia meragukan berita-berita Al-Qur'an..

Lucu,..Seseorang kehabisan kata-kata ketika berdoa, namun sangat lancar ketika ngobrol..

Lucu,..Seseorang yang membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk menyusun kegiatan Islami, namun cukup sekejap untuk kegiatan lain..

Fa'tabiruu Yaa Ulil Abshaar.. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan..
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Sampai Kapan Kelalaian Ini Berakhir

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 05.17 0 komentar


Sesungguhnya ghaflah (lalai, terlena) adalah racun yang sangat mematikan, dan penyakit yang sangat berbahaya, yang dapat menguasai hati, merasuk mencengkram jiwa, serta menawan/melumpuhkan angota badan. 

Saat ini kebanyakan manusia hidup dalam kelalaian yang nyata dari (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kampung akhirat. Dunia dan seluruh perhiasannya telah menjebak mereka, angan-angan tak karuan sudah menipunya, dan mereka telah disetir oleh keinginan-keinginan jelek, setan serta hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada perbuatan tercela, namun dengan ini semua mereka masih mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya perbuatan. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (Al Anbiyaa' :1) 

Mayoritas manusia dalam keadaan lalai 

Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahullah berkata: Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya -kecuali sedikit saja- merupakan golongan orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan membawa kemashlahatan baginya, sedang mereka menyibukan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman-walaupun kamu sangat menginginkannya." (Yusuf: 103) 
Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala, artinya: "Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al An'am : 116) 
Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala, artinya: "Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (Yunus : 92) 

Namun apakah lalainya kebanyakan manusia dari Allah dan dari hari kemudian itu merupakan hujjah bagi orang-orang yang lengah dan suka main-main ? Sama sekali tidak.....Itu bukan hujjah bagi mereka, bahkan menjadi hujjah atas mereka, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus para Rasul, mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang tidak ada sekutu baginya, dan meninggalkan jalan-jalan kelengahan dan kesesatan, begitu juga Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan kitab-kitab yang di dalamnya mengandung peringatan dari sikap lalai dan semua pintu-pintunya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai ." (Al Araf : 205) 

Al Imam Abu Muhammad Al Qushariy berkata : Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melarang manusia berbuat lalai, dan Dia telah memerintahkan agar selalu mengingat-Nya setiap saat, Dia berfirman, artinya: "Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dzikir yang sebanyak-banyaknya." (Qs: Al-Ahzab: 41) 
Dan berfirman, artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring" (Qs: Ali Imran: 191) 

Siksa bagi orang yang lalai 

Orang-orang yang lalai mendapatkan sangsi di dunia dan sangsi di akhirat: 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang ummat Nabi Musa as tatkala mereka mendustakan dan menyakitinya, artinya: "Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggalamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu." (Qs: Al-A'raf: 136) 

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan neraka Jahannam yaitu tempat siksaan di akhirat sebagai tempat kembali dan tempat tinggal bagi orang-orang yang lalai, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, artinya: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manuia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunaknnya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Qs: Al-A'raf:179) 

Ayat ini menjelaskan bahwa tempat akhir orang-orang yang lalai adalah Jahannam disebabkan mereka memiliki hati, namun hatinya sangat keras, tidak pernah tersentuh dan terenyuh, serta tidak tergerak sedikitpun dengan mau'idhah (wejangan), dia bagaikan batu, bahkan lebih keras. 

Mereka memiliki mata yang mampu melihat pemandangan dhahir (luar) segala sesuatu, namun tidak mampu melihat dengannya hakikat segala urusan, dan tidak mampu dengannya membedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan. 

Dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka mendengarkan suara-suara kebatilan, seperti dusta, nyanyian, kata-kata kotor, ghibah, dan namimah, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya dalam mendengarkan hal yang benar dan jujur yang berupa kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sunnah Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." (Yunus : 7-8) 
Dan Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang adzab orang-orang yang lalai di Jahannam, "Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata), "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya." ( Al Anbiya : 97-98) 

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga memberitahukan bahwa kelalaian itu bila telah menguasai hati menyebabkan seseorang ridla dengan kekufuran, dadanya merasa tenteram dengannya, pintu-pintu hidayah tertutup, dan terkuncilah hati itu, wal 'iyadzu billah, sehingga taubat dan hidayah sangat sulit tercapai, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannyAllah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran, dan penglihatan-nya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai." (An Nahl :106-108) 

Lalai sebab segala kejelekan 

Al Imam Ibnu Al Qayyim berkata : Dan lalai dari (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hari kemudian bila berpasangan dengan mengikuti hawa nafsu maka terlahirlah dari keduanya segala macam keburukan, dan umumnya bergabung antara keduanya dan tidak pernah terpisahkan. 
Barang siapa memperhatikan kerusakan situasi alam ini, secara umum maupun khusus maka dia bakal mendapatkannya sebagai akibat dari kedua hal ini. 

Kelalaian menjadi penghalang antara seseorang dengan kemampuan memandang kebenaran, mengetahuinya, dan memahaminya, sehingga ia termasuk dalam jajaran orang-orang yang sesat. 

Tanda-tanda lalai 

Saudaraku tercinta, lalai itu memiliki banyak tanda, dikala kita melihat salah satunya ada dalam diri kita, maka ketahuilah sesungguhnya kita dalam bahaya, cepatlah koreksi diri, kejarlah ketinggalan, dan mulailah menanggulangi tanda-tanda ini dengan cara-cara yang disyari'atkan agar kita mampu melepaskan diri dari cengkaramannya sepanjang masa. Dan di antara-tanda itu adalah :

* Menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan inilah fenomena kelalaian yang paling besar. 
* Kufur, fasiq, dan nifaq. 
* Melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti zina, sodomi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. 
* Menyia-nyiakan shalat, dan menye-pelekan waktu-waktunya, serta (meninggalkan)mendirikannya secara berjamaah di mesjid. 
* Sedikit mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
* Sedikit membaca Al Qur'an. 
* Meninggalkan berdoa, dan berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
* Mencintai dunia, dan menyibukan diri untuk mengumpulkannya dengan berbagai cara. 
* Tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik dalam hal pakaian, cara hidup, dan penampilan. 
* Berteman dengan orang-orang jahat, dan orang yang tidak mau mengingatkannya kepada Allah. 
* Menyia-nyiakan waktu dalam hal yang bukan termasuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
* Terlalu banyak makan, minum, tidur, dan bergaul, karena itu semua menyebabkan rusaknya hati dan malasnya anggota badan dari melaksanakan berbagai macam ketaatan. 
* Mendengarkan lagu-lagu, dan menonton siaran parabola yang beracun. 
* Tidak hati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengan halal dan haram. 
* Melanggar keharaman-keharaman yang nampak, seperti mempergunakan narkoba, merokok, laki-laki mengisbalkan pakaiannya dan mencukur jenggot, wanita ber-tabarruj dan keluar dengan bersolek serta memakai wangi-wangian, dan lain sebagainya.

Disarikan dari nasrah Darul Wathan, "Ila mata al ghaflah"
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Ambisi Akhirat

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 05.12 0 komentar

Dunia dengan berbagai keindahan dan kelezatannya memang sangat menggiurkan dan menjanjikan, maka tak ayal orang yang lemah pondasi imannya akan terseret bahkan menjadi budaknya, semuanya demi dunia. Agar dapat lolos dari jerat ini, maka seorang Muslim hendaklah membekali dirinya dengan keimanan dan ketakwaan serta memompa dirinya agar memiliki ambisi akhirat yang sangat tinggi.

Karena, siapa saja yang ambisinya akhirat, maka ia akan selalu mengingatnya dalam setiap kondisi di dunia. Anda akan mendapatinya tidak bergembira, tidak bersedih, tidak ridha, tidak marah dan tidak berusaha, kecuali untuk akhirat. Ia akan selalu mengingat akhirat dalam mencari rizki, berjual beli, bekerja,memberi, dan dalam semua urusannya. Siapa saja yang demikian kondisinya, maka Allah subhanahu wata'ala akan menganugerahinya tiga kenikmatan yaitu:

Pertama, Anugerah Persatuan. 

Allah subhanahu wata'ala akan menganugerahinya ketenteraman dan ketenangan, menghimpun pikirannya, mengurangi kelupaannya, menyatukan keluarga nya, menambah rasa kasih antara dia dan mereka, memudahkan mereka untuknya, mempersatukan semua kerabatnya, menghindarkannya dari perpecahan dan pemutusan hubungan rahim. Dengan begitu, seluruh dunia bersatu untuknya. Dunia bersatu untuk kepentingannya dan semua apa yang diinginkannya di dalam berbuat ta'at kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ke dua, Anugerah Kaya Hati. 

Ini merupakan nikmat yang amat besar yang dianugerahkan Allah subhanahu wata'ala khusus bagi hamba yang dikehendaki-Nya. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl:97).

Ibn Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan keridhaan dan kepuasan hati yang tidak lain adalah kaya diri dan kepuasannya dengan apa yang dianugerahkan melalui doa yang sungguh-sungguh.

Kekayaan bukan segala-galanya, bahkan terkadang ada orang yang dibuat letih oleh hartanya. Sedangkan orang yang menjadikan akhirat sebagai ambisinya, kita dapati dia selalu ridha, puas diri, bahagia, ceria dan baik jiwanya. Ia tidak tamak kepada dunia dan bekerja sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah di dalam mencari (rizki)." Yakni, berusahalah dengan usaha yang diterima, yang dibolehkan di dalam mendapatkan dunia. Janganlah seseorang menjadikannya sebagai ambisi yang menyibukkan dirinya yakni ia habiskan semua waktunya untuk dunia.

Ke tiga, Dunia Datang dan Cinta Kepadanya. 

Dunia ini memang aneh; bila anda kejar, ia akan lari tetapi bila anda berpaling darinya, ia akan mengejar anda, dan ini sesuatu yang sudah terbukti. Banyak orang shalih menyebut kondisi mereka dengan dunia, "Kami sibukkan diri dengan urusan dien, lalu dunia pun menyongsong kami."

Sebaliknya, siapa saja yang menjadikan dunia sebagai ambisinya dan segala sesuatu ia jadikan demi dunia; seperti ridha, marah, senang, benci, ceria, bicara, mencela dan sebagainya, maka orang yang kondisinya demikian akan diberi hukuman oleh Allah subhanahu wata'ala dengan tiga hukuman yang disegerakan:

Pertama, Mencerai-beraikan Persatuannya. 

Ia akan menjadi orang yang hatinya tercerai-berai, pikirannya kacau, banyak cemas terhadap urusan-urusan dunia, sekalipun hanya sepele. Harta, keluarga dan tanggungannya membuatnya terpisah, sekalipun mereka berada di hadapan matanya, sebagai akibat dari mementingkan dunia saja.

Ke dua, Dilanda Kefakiran. 

Ia tidak pernah merasa puas, sehingga membuatnya selalu berhajat di balik kesenangan dunia dan perhiasannya. Ini tentu saja membuat nya semakin letih, sedih dan cemas. Ia boros terhadap kesenangan dunia dan hal yang bersifat hura-hura, namun amat bakhil di dalam bersedekah dan berbuat kebajikan.

Ke tiga, Dunia Lari Darinya. 

Ia mencarinya namun dunia menjauhinya. Ia berlari mengejar dan meminum darinya seperti orang yang menimba air di laut untuk diminum; namun setiap diminum, ia semakin merasakan haus dan dahaga. 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata, "Ambisi dunia adalah kegelapan di hati, sedangkan ambisi akhirat adalah cahaya di hati."

Dalam masalah ini, manusia terbagi kepada tiga jenis:

Pertama, Orang-orang yang dikalahkan oleh ambisi akhirat sehingga mereka bekerja untuk dunia menurut kacamata akhirat dan menyadari bahwa dunia hanyalah jembatan yang membawa mereka sampai ke akhirat.

Ke dua, Orang-orang yang dikalahkan oleh cinta dunia hingga akhirat terlupakan oleh mereka, dan ambisi dunia telah menyibukkan hati mereka.

Ke tiga, Orang-orang yang disibukkan oleh dunia dan juga akhirat. Mereka ini adalah para pencampur-aduk urusan, dan betapa banyaknya manusia tipe seperti ini di zaman sekarang. Mereka berada dalam posisi yang tidak aman bahkan dalam bahaya.

Kriteria Orang yang Memiliki Ambisi Akhirat 

* Memiliki Rasa Takut dan Sedih. 

Sekalipun mereka berharap akan rahmat Allah subhanahu wata'ala dan ta'at kepada-Nya, hanya saja mereka tidak terpaku pada hal itu saja. Mereka dilanda kesedihan atas segala hal yang telah disia-siakan dan menyesali dosa yang dilakukan sekalipun hanya sepele. Mereka selalu dalam kondisi sadar dan ingat. Mereka bersedih atas kezhaliman, kekerasan, keterlantaran, keterhinaan dan semua kondisi yang dialami kaum muslimin. Dan yang paling mereka takutkan adalah buruknya akhir hidup (Su`ul Khatimah).

Sufyan ats-Tsaury berkata, "Aku takut kalau tercatat di Lauh al-Mahfuzh sebagai orang yang sengsara, aku takut terampas iman ketika akan mati."

Kesedihan itu membawa mereka untuk kembali kepada Allah subhanahu wata'ala dan menyucikan diri dari segala dosa. Mereka selalu sedih bila melakukan suatu perbuatan dosa hingga dapat melakukan suatu kebaikan yang menghapusnya. Namun orang yang gandrung dengan dunia, semua kesedihan-kesedihan dan ambisinya hanyalah demi dunia.

* Terus Beramal untuk Akhirat. 

Kesedihan mereka karena ambisi akhirat, rasa takut dan ingat mati tidak pernah menahan tangis di rumah-rumah mereka atas diri mereka. Rasa takut mendorong mereka untuk menambah frekuensi amal shalih. Sedangkan orang yang merasa aman, tergoda dan terpedaya dengan amalannya, dikuasai oleh sifat malas dan berandai-andai serta kurang memiliki sifat wara' karena mengandal kan perma'afan Rabb-nya semata.

* Tersentuh dengan Pemandangan Kematian dan Selalu Mengingatnya.

Kondisi ini menyebabkan hati mereka hidup sebab mereka mengaitkan semua apa yang mereka lihat di dunia dengan akhirat. Hal yang paling menyentuh hati mereka adalah pemandangan kematian dan saat-saat sekarat.

Lain halnya dengan orang-orang yang ambisinya hanya dunia dan hati mereka sudah keras, mereka tidak mau mendengar kematian disebut bahkan merasa terganggu karena mengira dapat lolos dari kematian. Al-Qur'an menolak anggapan orang yang berpikiran seperti ini,(baca: QS. Al-Jumu'ah:8).


Faktor-Faktor yang Menghalangi Perhatian terhadap Akhirat 

* Mengejar Dunia dan Antusias Terhadapnya. 

Tidak dapat diragukan lagi bahwa sibuk dengan urusan dunia merupakan faktor paling besar yang dapat menyebabkan lemahnya persiapan untuk melakukan amalan setelah mati. Yang dicela dari hal ini bilamana kesibukan-kesibukan duniawi itu semata-mata menjadi tujuan; dicinta dan dipatuhi selain Allah subhanahu wata'ala.

* Tidak Mau Mengingat Kematian dan Dahsyatnya Kiamat. 

Tidak pernah terlintas sedikit pun di pikiran orang-orang yang gandrung dengan dunia ini pemandangan akhirat, mengingat mati dan setelahnya. Hal ini membuat mereka menyia-nyiakan waktu dan umur.

Terpedaya dengan Kesehatan Jasmani.

Di antara orang-orang yang gandrung dengan dunia ada yang terpedaya dengan kesehatan jasmani dan masa mudanya. Mereka tidak menyadari bahwa kesehatan itu hanya pinjaman dan barangkali pinjaman itu harus dikembalikan, sementara ruh masih berada di dalam jasad. Bila yang terpedaya dengan kesehatannya ini adalah orang yang memiliki jabatan dan kekayaan, tentu ia akan bertambah lupa terhadap akhirat dan lalai untuk meraih perbekalannya.

Sumber: "Takw
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

I F F A H (MEMELIHARA DIRI)

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 05.03 0 komentar


Iffah adalah usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.
Hal-hal yang dapat menumbuhkan iffah antara lain :

Pertama: Iman dan Taqwa 

Inilah asas yang paling fundamental di dalam memelihara diri dari segala hal yang tercela. Jiwa yang terpateri oleh iman dan taqwa merupakan modal yang paling utama untuk membentengi diri dari hal-hal yang dibenci oleh Allah dan RasulNya. Allah membrikan jaminan kepada orang-orang yang amal solehnya didasari oleh iman dengan kehidupan yang baik, "Barang siapa mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia orang beriman, maka sesungguhnya kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (An Nahl: 97)

Lalu terhadap orang beriman yang taqwa Allah mmberikan AlFurqan, yaitu petunjuk yang dapat membedakan antara Al Haq dengan Al Bathil. "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Al Furqan dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu." (Al Anfal: 29)

Dan manakala iman dan taqwa dalam jiwa seorang muslim telah rapuh, maka itulah pertanda mudahnya dirinya terjebak dalam kesesatan dan perbuatan tercela. Maka memelihara dan memupuk iman ini merupakan kewajiban yang harus mendapatkan prioritas utama.

Kedua: Nikah 

Inilah salah satu rambu jalan yang jelas menuju kesucian diri. Bahkan nikah adalah sarana yang paling baik dan paling afdhol untuk menumbuhkan sikap iffah pada diri seorang muslim. Nikah adalah sesuatu yang fithri pada diri seorang muslim, di mana padanya Allah menjadikan rasa cinta serta kasih sayang dan kedamaian. "Dan di antara kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang." (Ar Rum: 21).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda: "
"Hai para pemuda, barang siapa di antara kamu yang telah mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena hal itu lebih (dapat) menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan, dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena itu dapat mengobatinya." (Muttafaq Alaih)

Dalam hadits lain beliau bersabda:
"Apabila seorang hamba telah menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah padayang setengah lagi." (HR. Al Baihaqy, shohih)

Ayat dan hadits-hadits tadi merupakan nash-nash yang jelas mendorong untuk nikah, di mana ketenteraman hati, cinta dan kasih sayang dapat diraih oleh seorang muslim. Dan yang lebih utama lagi adalah bahwa nikah merupakan sarana yang dapat memelihara pandangan dan kehormatan diri seetiap muslim.

Ketiga: Rasa Malu 

Malu adalah akhlak indah dan terpuji. Malu adalah sifat yang sempurna dan perhiasan yang anggun. Terlebih indah jika malu ini menghiasi seorang muslimah. Sifat malu selalu tumbuh dalam sikap yang baik dan memadamkan keinginan untuk berbuat tercela. Allah telah mentakdirkan sifat malu ini hanya ada pada manusia untuk membedakannya dengan hewan. Malu adalah potret pribadi yang agung dan terpuji. Tentang keutamaan malu ini Rasulullah Shallalhu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Malu dan iman adalah bersaudara, maka jika salah satu dari keduanya itu dicabut, tercabut pulalah yang lainnya." (HR. Al Hakim, shohih)
"Sesungguhnya setiap agama itu mempunyai akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu." (HR. Malik, Ibnu Majah, Al Hakim, shohih) [alsofwah]
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Memotivasi Diri Untuk Belajar Ilmu Syar'i

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 04.57 0 komentar


Saat ini, orang yang mau belajar dan menekuni ilmu syar'i sudah sangat langka, yang banyak adalah belajar ilmu syar'i sekedarnya. Misalnya, sekali seminggu menghadiri pengajian, mengikuti kursus-kursus singkat, membaca buku terjemahan, atau sekedar mengikuti mata pelajaran agama di sekolah yang porsinya sangat kurang. Akibatnya, banyak umat Islam yang buta akan ajaran agamanya. Jangankan pengetahuan ilmu syar'i secara umum, hal-hal yang wajib diketahui dalam uru-san agama pun banyak yang tidak tahu.

Yang dimaksud ilmu syar'i (agama) di sini, bukanlah sembarang ilmu agama, namun ilmu syar'i yang benar-benar shahih berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan manhaj (pemahaman dan pengamalan) para ulama Salaf.

Kedua, yang dimaksud ilmu syar'i di sini adalah yang menghantarkan seseorang kepada takwa (Lihat QS. Fathir: 28), sehingga ia selalu menjaga keta'atan kepada Allah, baik ketika sendiri maupun di tengah banyak orang.

Ketiga, ilmu syar'i yang kita maksud di sini adalah yang mendorong pemiliknya untuk mengamalkannya. Ia tidak sekedar wacana, teori atau sekedar pengetahuan.

Sebab Kurangnya Motivasi

Ada banyak sebab sehingga seseorang kurang atau tidak termotivasi belajar ilmu syar'i. Di antara yang terpenting adalah:

Pertama, Tidak Mengetahui Tingginya Kedudukan Ilmu Syar'i.

Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wasalam menyatakan, artinya: "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan untuknya, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Bukti Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba adalah dengan menganugerahinya pemahaman ilmu syar'i. Mereka itulah ulama, pewaris para nabi, penjaga syari'ah dan kemurnian agama Allah (Lihat QS. At-Taubah: 122). Ibnu Qayyim Rahimahullaah berkata: "Barangsiapa mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, maka ia termasuk orang-orang shiddiqin, yang derajatnya setelah derajat para nabi 'alaihimus salam."

Kedua, Tidak Mengetahui Kewajiban Mencari Ilmu Syar'i.

Memang, tidak semua ilmu syar'i wajib kita ketahui secara luas dan mendalam. Misalnya harus memahami ilmu tafsir, hadits, aqidah, fiqh, faraidh dsb, sebab yang demikian itu adalah tugas para ulama (Lihat QS. At-Taubah: 122). Tetapi di dalam Islam, ada ilmu yang hukum mempelajarinya adalah fardhu ain (wajib bagi setiap individu muslim). Yaitu ilmu syar'i yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah yang dikerjakan seseorang. Seperti syahadat, shalat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu, dsb. Artinya, orang yang mengerjakan shalat misalnya, harus terlebih dahulu belajar tentang shalat secara benar sesuai tuntunan RasulAllah . Bila tidak belajar tentang tata cara shalat, maka dia berdosa sebab berakibat pada berbagai kesalahan dalam shalatnya, demikian juga dengan amalan yang lain.

Ketiga, Terjangkit Penyakit Cinta Dunia dan Takut Mati.

Kini mayoritas umat Islam memandang sesuatu dengan kaca mata duniawi. Artinya, sejauh mana sesuatu itu bisa mendatangkan manfaat materiil dan bisa menjamin kesejahteraannya di dunia. Karena dalam pandangan mereka ilmu syar'i tidak menjanjikan kekayaan, jabatan dan popularitas maka mereka enggan mempelajarinya. Padahal bila manusia hidup sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani (materi), maka tidak ada bedanya dengan binatang. (Lihat QS. Muham-mad:12) Pemenuhan kebutuhan jasmani tidak menjamin kebahagiaan dan ketenangan. Kebahagiaan letaknya di hati, sedangkan hati makanannya adalah ilmu syar'i yang mendekatkannya kepada Allah Maha Pemberi, yang memberikan kebahagiaan hakiki, di dunia maupun di akhirat.

Agar TermotivasiI Belajar Ilmu Syar'i

1. Ikhlas Karena Allah.
Sarana terbesar untuk memotivasi seseorang belajar ilmu syar'i adalah niat yang ikhlas dan jujur kepada Allah. Orang yang belajar karena Allah semata, akan mendapatkan pertolongan Allah, sehingga semangatnya terus berkobar. Imam Ibnu Jamaah rahima-hullah menegaskan tentang ikhlas: "Hendaknya dalam belajar ia memaksudkan hanya untuk mengharapkan ridha Allah, mengamalkannya, meng-hidupkan syari'ah-Nya, menerangi hatinya, menghiasi batinnya dan untuk mendapatkan janji Allah bagi para ahli ilmu. Sebaliknya, tidak untuk mendapatkan hal-hal duniawi, seperti kepemimpinan, jabatan, harta, dan pujian manusia !
Jika seseorang merasa kurang ikhlas, maka jangan lantas berhenti menuntut ilmu, tetapi wajib memaksa dirinya untuk ikhlas karena Allah, berusaha terus memperbaiki niat dan membersihkannya. Bila dia benar-benar jujur kepada Allah untuk mencapai keikhlasan, insya Allah ia akan dimudahkan Allah.

2. Mengenal Perjuangan Ulama Salaf Dalam Menuntut Ilmu.
Imam Syafi'i rahimahullah pernah ditanya, "Bagaimana hasrat tuan ter-hadap ilmu?"Beliau manjawab, "Saya seperti mendengar kata-kata yang tidak pernah saya dengar. Saya bahkan ingin agar saya punya banyak pendengaran, supaya bisa menikmati seperti yang dinikmati oleh kedua telinga saya". "Bagaimana kerakusan anda terhadap ilmu?" Beliau menjawab,"Seperti rakusnya pencari harta yang mencapai puncak kenikmatan karena hartanya.' 'Bagaimana tuan mencari ilmu?' beliau menjawab 'Seperti seorang ibu yang bingung mencari anaknya, yang semata wayang'. Ibnu Asakir dalam menceritakan Abu Manshur Muhammad bin Husain An-Naisaburi berkata, 'Beliau terus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, meski dalam kondisi fakir. Bahkan beliau meng-ulangi dan menulis pelajarannya di bawah sinar rembulan, karena tidak mampu membeli minyak lampu.'

Ibnu Katsir berkata, 'Ilmu tidak bisa diperoleh dengan leha-leha.' Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi berkata, 'Untuk menuntut ilmu hadits, saya mengalami kencing darah dua kali, pertama di Baghdad dan kedua di Makkah. Hal itu karena saya berjalan dengan kaki telanjang di tengah sengatan terik matahari. Saya tidak pernah naik kendaraan saat mencari hadits kecuali sekali, dan saya selalu membawa kitab-kitab di punggung saya.' Sementara Imam Baqi bin Mukhallad Al-Andalusi pada tahun 221H berjalan kaki dari Andalus (Spanyol) ke Baghdad untuk menemui dan belajar kepada Imam Ahmad.

3.Mengetahui Penyesalan Ulama Salaf Atas Hilangnya Kesempatan Menuntut Ilmu.
Ahmad bin Ibrahim Al-Abbas berkata, 'Ketika sampai berita wafatnya Imam Muhammad Ar-Razi, saya masuk kamar dan menangis. Keluargaku mengerumuniku dan bertanya, 'Apa yang menimpamu?' 'Imam Muhammad Ar-Razi telah wafat, kalian melarangku ke sana untuk menuntut ilmu,' jawab-ku. Akhirnya mereka mengizinkanku mencari ilmu kepada Syaikh Hasan bin Sinan.' Abu Ali Al-Farisi berkata: 'Terjadi kebakaran besar di Baghdad, semua kitabku terbakar, padahal saya menulisnya dengan kedua tanganku. Selama dua bulan saya tidak kuasa berbicara dengan seorang pun, karena kesedihan dan duka yang dalam, bahkan beberapa saat saya dalam keadaan linglung.' Imam Syu'bah bin Al-Hajjaj berkata, 'Saya ingat, saya pernah ketinggalan tidak mendengar satu hadits dari Syaikh saya, sehingga saya sakit (karena sangat menyesal dan sedih akibat ketinggalan tersebut).

4. Mengetahui Bagaimana Para Ulama Salaf Tidak Tidur Untuk Menuntut Ilmu.
Dikisahkan, Imam Asad bin Al-Furat melakukan perjalanan ke Iraq un-tuk belajar kepada Syaikh Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani Rahimahullaah. Imam Asad berkata, "Saya orang asing dan bekalku hanya sedikit, bagaimana agar saya bisa belajar lebih dari sekedar mengikuti kajian tuan?" Syaikh Asy-Syaibani menjawab, "Tetaplah ikut kajian pada siang hari, dan saya khususkan waktu malam untuk mengajarimu sendirian. Menginaplah di rumahku dan kamu akan saya ajari ilmu'. Imam Asad berkata, "Maka saya pun menginap di rumah beliau, beliau mendatangiku dengan membawa seember air. Beliau lalu membacakan ilmu untukku, jika malam telah larut dan aku mengantuk, beliau mengambil air dan memercikkannya ke mukaku, sehingga saya bersemangat lagi. Demikian terus berlalu, sehingga saya selesai belajar ilmu apa saja yang saya inginkan."

Abul Qasim Al-Muqri' berkata, Imam Al-Hazimi senantiasa menelaah kitab dan mengarang hingga terbit fajar. Seseorang kemudian berkata kepada pembantunya, 'Jangan kamu berikan minyak untuk pelitanya, barangkali beliau istirahat malam itu.' Ketika malam tiba, Imam Al-Hazimi meminta minyak kepada pembantunya. Lalu dijawab, minyaknya telah habis. Imam Al-Hazimi lalu masuk ke rumahnya dan shalat di dalam kegelapan malam sampai terbit fajar.'

5. Menjauhi Teman-Teman Yang Malas.
Di antara pembunuh semangat belajar ilmu syar'i adalah berteman dengan orang-orang ahli maksiat. Tidak kalah bahayanya adalah bergaul dengan orang-orang yang malas serta enggan melakukan kegiatan positif dan bermanfaat. Abu Hurairahzberkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasalam bersabda: "Seseorang itu tergantung agama kawannya. Karena itu, hendaknya salah seorang dari kamu melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

6. Merasakan Bahwa Anda Terus Berperang dengan Setan.
Setan adalah musuh bebuyutan anak cucu Adam. Mereka menghalangi setiap muslim dari menjalankan kebaikan, termasuk mencari ilmu. Di antara cara setan dalam menghalangi manusia dari mencari ilmu syar'i adalah:

Pertama, menunda-nunda belajar. Setiap kali seseorang ingin mempelajari ilmu dan membaca, setan membisikinya dengan mengatakan, tunda saja besok pagi, sekarang waktunya tidak tepat. Demikian dilakukan setan setiap saat, sampai orang itu menjadi tua, dan tidak berkesempatan mempelajari agamanya.

Kedua, dibisiki bahwa ilmu syar'i tidak akan bisa mengubah sesuatu pun bagi kondisinya sekarang. Argumen ini dapat kita bantah dengan melihat keadaan para pembaharu dan ulama Salaf. Seperti yang terjadi pada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Senjata mereka dalam memperbaiki keadaan adalah hujjah (dalil) dan ilmu.

Ketiga, membisiki bahwa dirinya tidak akan mampu belajar ilmu syar'i. Apalagi jika yang bersangkutan adalah orang awam yang baru saja bertaubat kepada Allah. Ia merasa tidak bisa menuntut ilmu agama karena terbiasa dengan kemaksiatan dan kemalasan. Ia merasa sulit menghilangkan masa lalunya, sehingga sulit pula belajar ilmu syar'i.

Untuk mengobati penyakit ini ada dua hal penting yang harus diingat, pertama, merubah kebiasaan masa lalu yang buruk menjadi kebiasaan yang terpuji dengan terus melawan hawa nafsu dan membiasakan kebaikan, dan kedua, hendaknya ia merenungkan keadaan para penuntut ilmu. Di antara mereka dahulunya ada orang-orang yang sesat, kemudian Allah menganugerahkan hidayah dan istiqamah kepada mereka, maka mereka menjadi giat menuntut ilmu. Mengapa ia tidak berusaha seperti mereka? [alsofwah]
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Menghemat Dan Memanfaatkan Waktu

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 04.47 0 komentar


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata tentang amal yang paling utama: "Yaitu yang lebih tinggi nilai ketundukannya kepada Allah dan lebih bermanfaat bagi hamba".

Berikut ini adalah beberapa kiat mengisi waktu luang dan dimulai dari yang utama kemudian berangsur sampai ke perkara-perkara mubah:

1. Mengahafal dan mempelajari kitabullah 

Allah berfirman, artinya: "Sesung-guhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (Fathir: 30)
Rasulullah bersabda, artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an kemudian mengajarkannya". (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah juga bersabda, artinya: "Kepada Ahli Al-Qur'an dikatakan, "bacalah dan naiklah! Urutkan sebagaimana engkau mengurutkan di dunia, maka sesungguhnya kedudukanmu berada pada akhir ayat yang engkau baca". (HR. Abu Daud, hasan shahih)

Allah memudahkan Anda yang mau menghafal sebagaimana firman-Nya, artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran" (Al-Qomar:17))

2. Membaca buku/kitab yang bermanfaat 

Allah berfirman, artinya: "Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang berilmu beberapa derajat" (QS: Al-Mujadilah: 11)
Rasulullah bersabda, artinya: "Sesungguhnya penuntut ilmu dinaungi oleh para Malaikat dengan sayap mereka." (Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)

Imam Ahmad berkata "Manusia lebih butuh kepada ilmu daripada kepada makan dan minum, karena seseorang butuh makan dan minum sehari sekali atau dua kali, sedang kebutuhannya pada ilmu adalah sejumlah nafasnya".

3. Dzikrullah 

Ia merupakan amalan yang mudah, tanpa biaya maupun susah payah, padahal pahala dan keutamaannya sangat banyak. Allah berfirman, artinya: "Ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu" (Al-Baqarah: 152)

Rasul bersabda, artinya: "Maukah kalian kuberitahu amalan yang paling baik dan paling suci menurut Sang Pemilikmu, mengangkat derajatmu, lebih baik dari infak emas dan uang dan lebih baik dari beperang membunuh musuh kemudian kamu ditebas lehermu? Mereka berkata "Ya, duhai Rasul? Beliau bersabda, "Yaitu dzikir kepada Allah Ta'ala" (HR. At-Tirmidzi)

Terutama dzikir pagi dan sore dan pada setiap memulai atau mengakhiri pekerjaan.

4. Jihad ( wisata umat Islam) 

Umat yang paling mulia ini memiliki rihlah dan tamasya yang sejati, sebagaimana sabada Nabi , yang artinya: "Tamasya/pesiarnya umatku adalah berjihad (berjuang di jalan Allah)" (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)

Rasul juga bersabda: "Satu pagi atau satu sore hari di jalan Allah adalah lebih baik dari pada dunia dan isinya" (HR. Al-Bukhari)
Ia menjanjikan kemenangan dan kejayaan di dunia dan yang paling pasti di akhirat, dengan syahid tanpa hisab, tanpa siksa kubur, dan masuk surga.
Allah berfirman, artinya: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (Al-Anfal: 60)

5. Bekerja sama dalam berdakwah 

Allah berfirman, artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."(QS. 3:110)

Rasul bersabda: "Siapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia merubahnya dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan lisan, jika tidak mampu maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim)
Rasul juga bersabda, artinya: "Sampaikan dariku meskipun satu ayat" HR. Al-Bukhari)

Sungguh kita tahu bahwa musuh Islam telah mengatur siasat dan strategi dengan baik, maka wajiblah kita meningkatkan usaha keras kita membela agama Allah.

6. Menunaikan Amalan Sunnah 

Amalan-amalan sunnah dapat melengkapi kekurangan pada ibadah yang wajib dan dapat mengangkat derajat di sisi Allah.

Allah berfirman (dalam hadits Qudsi), yang artinya: "Siapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya, tiada sarana pendekatan padaKu yang paling Aku cintai bagi hambaKu melebihi apa yang Aku wajibkan padanya. HambaKu tiada hentinya mendekatiKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku menyin-tainya." (HR. Al-Bukhari)

Berusahalah semampu Anda untuk berlomba menunaikan amalan sunnah dari shalat, shadaqah, puasa dan lain-lain.

7. Menghadiri ceramah atau pengajian 

Rasulullah bersabda: "Tiadalah suatu kaum berkumpul di salah satu masjid Allah dengan membaca kitab Allah dan mempelajarinya diantara mereka, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, ketenangan turun kepada mereka dan rahmat tercurah, serta Allah membangga-banggakan mereka kepada malaikat yang ada disisiNya". (HR. Muslim)

8. Ziarah Masjidil Haram dan Umrah 

Rasulullah bersabda: "Satu umrah ke umrah yang lain adalah pelebur (dosa) antara keduanya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Begitu besar pahala shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi melebihi masjid di seluruh dunia,disana banyak sarana mencapai hidayah Allah.

9. Mendengarkan kaset /CD 

Baik itu ceramah keagamaan atau murattal Al-Qur'an, kemudian jika perlu dibuat catatan dan ringkasan yang rapi, ini sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain.

10. Mengunjungi orang-orang shaleh di dalam atau di luar kota 

Rasulullah mengisahkan: "Seorang menziarahi temannya di desa lain, di tengah perjalanan Allah mengutus malaikat menyertainya, datang dan bertanya: "Anda mau pergi kemana?" ia menjawab, "ke saudara di desa sana", "Apakah karena satu kenikmatan yang Anda inginkan? Ia menjawab: "Tidak, saya hanya menyintainya karena Allah 'Azza wa Jalla" . Malaikat berkata: "Sesungguhnya saya adalah utusan Allah (mengabarkan) sesungguh-nya Allah telah menyintai Anda sebagaimana Anda telah menyintainya karena Dia" (HR. Muslim)

11. Silaturrahmi 

Sanak kerabat, teman, dengan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, mereka itulah yang di puji Allah dalam firmanNya, artinya: "Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk". (QS. 13:21)

Rasullah bersabda: "Siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia bersilturahmi" (HR. Al-Bukhari Muslim)

12. Ziarah rumah sakit dan kuburan 

Dimana kita dapatkan pahala yang agung, mendo'akan dan menghibur orang sakit, sedangkan tentang kuburan Rasulullah n bersabda, artinya: "Ziarahi ia (kuburan), karena sesungguhnya ia mengingatkan kamu pada Akhirat" (HR. Muslim)

13. Mengadakan penelitian 

Menyusun ikhtisar dari suatu buku atau kaset atau bisa juga melakukan study lapangan mengenai berbagai perkembangan yang ada kemudian hasilnya kita berikan kepada pihak yang sekiranya membutuhkan, siapa tahu bisa dipublikasikan dan akan sangat banyak manfaatnya.

14. Membantu orang lain 

Rasulullah bersabda, artinya: "Jika seseorang kalian berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi kebutuhan-nya dan menunjukkan dengan jarinya maka itu lebih utama dari pada ber'itikaf di dalam masjidku (An-Nabawi) ini selama dua bulan" (HR. At-Thabrani)

Beliau juga bersabda, artinya: "Siapa yang melepaskan kesulitan seseorang mukmin dari urusan dunia maka Allah melepaskannya dari kesulitan di hari Kiamat" (Muttafaq 'alaihi)

15. Bepergian ke negara-negara Islam 

Baik untuk tujuan dakwah, merenungi ciptaan Allah atau tujuan-tujuan lain yang dibolehkan. Selain itu juga dapat menghilangkan kepenatan, menambah relasi bisnis, ilmu dan budaya.

16. Membuka perpustakaan umum di masjid-masjid 

Kemudian menyelenggarakan seminar, forum-forum ilmiah, diskusi, majlis ta'lim atau halaqah disana yang ini semua akan menambah ilmu dan persaudaraan.

17. Kegiatan bisnis/berdagang dengan halal 

Itulah pencaharian Nabi , khalifah beliau Abu Bakar, Umar, Utsman dan lain-lain yang mulia. Jangan sampai melakukan jual beli dengan cara-cara yang haram atau berdagang barang-barang yang dilarang.

Allah berfirman, artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka berte-baranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (QS. 62:10)

18. Mengikuti kontrak kerja yang bermanfaat 

Pada lapangan kerja yang halal bukan subhat atau haram, dalam lingkungan dan aturan yang baik(sesuai dengan syariat). Dengan niat yang ikhlas dan benar setiap usaha halal dapat bernilai ibadah.

19. Berlatih olah raga 

Untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tubuh dengan catatan tidak melalaikan dan tidak melanggar batasan syar'i, juga untuk persiapan berjuang di jalan Allah, serta ketangguhan jiwa, sebab sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim bahwa bila jiwa lelah ia akan jemu/bosan, sesaat demi sesaat.

20. Mengikuti kursus-kursus 

Meskipun dengan mengeluarkan biaya, dan tentunya juga harus melihat kemampuan. Manfaatnya jelas tidak diragukan seperti, agronomi, agro-bisnis, komputer, pertambangan, kelautan, kerajinan tangan/home industri, tata boga, merawat taman, yang mendatangkan manfaat dan rizki yang halal. Kemudian jika anda ternyata memiliki bakat tertentu, seperti khot (menulis indah), pertukangan, percetakan sablon dan lain-lain ada baiknya bila dikembangkan.

Disarikan dari waqafat ma'a al-waqti wa kaifa istiqhlal al-faraagh, Abdul Ilah bin Ibrahim Dawud (Waznin/alsofwah)
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Aku ,..Sahabat Terbaik Untuk Suamiku...

0 komentar

Tidak ada manusia yang setuju untuk melewati kehidupan ini seorang ini. Suara fitrah hati dan logikanya menyatakan dan akan selalu menuntut sebuah kesempurnaan, yaitu pasangan hidup. Betapa indah jika dalam hidup ini kita menemukan seseorang yang begitu mengerti dan menerima apa adanya kita, dan itu berarti menjadi sebenar-benarnya pengisi kekosongan kita sebagai pribadi yang “setengah”. Kehadiran manusia lain tersebut dalam hidup kita menjadikan kita merasa “satu” dan genap.
Dan sebagai seorang yang berpasangan, siapa yang tidak ingin hadirnya sebuah rasa saling pengertian?. Semuanya pasti menginginkannya, bahkan pada pribadi yang jahat dan yang tidak pernah mengerti orang lain sekalipun, dalam hati kecilnya dia sangat membutuhkan pengertian dari orang lain, terkhusus adalah dari keluarganya sendiri. Ya begitulah adanya, walaupun hal itu secara tidak langsung mengindikasikan gambaran keegoisan dari seseorang, namun disadari atau tidak sebuah pengertian sangatlah menjadi salah satu pondasi dasar dari harmonisnya hubungan rumah tangga.
Pengertian timbul karena kerelaan hati menjadikan pasangan kita bukan hanya sebagai suami lengkap dengan sederet atribut hak dan kewajibannya, namun keakraban dan kedekatan akan lebih terasa jika kita dapat menjadikan hubungan itu sebagai sebuah persahabatan yang akrab.

Sahabat berarti berbagi, berbagi kebahagiaan, kesukaan, beban dan atau kesedihan. Banyak orang yang merasa lebih nyaman saat berada bersama sahabatnya. Mereka dapat melakukan apapun dan menjadi begitu sangat terbuka saat berkumpul bersama, tentu saja dengan menanggalkan semua gengsi dan aturan yang terasa begitu mengikat. Jarakpun terasa sangat dekat sekali. Rasanya tak ada yang lebih memahami dan mengerti kecuali saat bersama sahabat.
Namun ketika mereka kembali dalam rumah tangga,mereka menjadi pribadi yang berbeda. Entah karena tuntutan kewajiban atau alasan apapun yang lain, akhirnya mereka menjadi bukan diri mereka sendiri. Pertanyaan yang muncul kemudian, berapa lama mereka akan bertahan dalam hidup seperti itu? semua orang butuh menjadi diri sendiri dan diterima oleh orang lain dalam apa adanya mereka. Dan ternyata begitulah, menjadi sahabat dari pasangan terdekat kita yaitu suami,ternyata sangatlah dibutuhkan.
Menjadi sahabat berarti menerima sepaket apapun yang dianugrahkan Allah kepada pasangan kita. Semua orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Seorang sahabat akan dengan pintar memaklumi dam selanjutnya mengolah semua itu supaya partnernya menjadi pribadi yang lebih baik dimasa depan.
…Seorang sahabat  adalah yang ketika orang lain merendahkan dan atau memandang sebelah mata diri kita, dia akan selalu dengan tangan terbuka menerima kita apa adanya tanpa topeng dan syarat apapun…
Menjadi sahabat berarti berani mendidik diri menjadi pengayom dan pendengar yang baik. Tidak perduli itu wanita ataupun pria, semua manusia punya saat dimana mereka akan merasa jatuh dan atau terpuruk. Disinilah arti “pekerjaan” seorang sahabat yang akan menjadi penyemangat sekaligus semangat untuk mengembalikan partnernya untuk tegak berdiri kembali seperti semula.
Menjadi sahabat berarti melengkapi. Betapa banyak pasangan yang ingin menjadikan pasangannya sebagai obyek pelampiasan dari obsesi atau egonya sendiri. Ketika melihat pasangannya melakukan hal yang bersinggungan dengan keinginannya, seketika itu meledaklah amarahnya. Namun, bukankah pernikahan itu adalah melengkapi bukan merubah?.
Menjadi sahabat berarti setia. Dimanapun dan kapanpun, seorang sahabat akan selalu merindukan sahabatnya. rasa pengertian dan suasana yang ketika bersamanya, tidak akan didapat saat berada bersama orang lain. Dan itulah yang akan membuat kita selalu akan mencintai pasangan kita.
Maka jadikanlah pasangan kita sebagai sahabat terbaik, dan jadilah sahabat yang baik untuk pasangan kita. Seorang sahabat  yang ketika orang lain meremehkan, merendahkan dan atau memandang sebelah mata diri kita tentang apapun, dia akan selalu dengan tangan terbuka menerima dan membahagiakan kita apa adanya tanpa topeng dan syarat apapun.
(syahidah)
http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2011/03/21/13845/aku-sahabat-terbaik-untuk-suamiku/

PADAMU AYAH BUNDA

0 komentar
PADAMU AYAH BUNDA

Bunda?
Kaulah pelita
Penyejuk hati pelipur lara
Pembawa kebahagiaan dalam jiwa
Senyummu menghapus luka
Kasih sayangmu tiada terkira
Meski anakmu takkan pernah bisa tuk membalasnya
Bunda?
Cintamu sepanjang masa
Bagai mentari yang senantiasa
Menyinari dunia dengan kehangatan sinarnya
Bunda?
Ketulusanmu sebening telaga
Penghilang rasa haus dahaga
Kau adalah madrasah yang pertama
Yang mendidik jundi-jundimu mengenal kehidupan dunia
Bunda?
Ketika malam telah larut kau masih terjaga
Dari tidurmu yang hanya sekejap mata
Hanya untuk mengganti kompres di atas kening belahan jiwamu yang
terbaring lemah tak berdaya
Rasa cemas terpancar dari wajahnya
Ketika panas badan anakmu semakin bertambah dan tak kunjung reda
Dalam hatimu berkata : ?Andai saja aku dapat menggantikannya?
Bunda?
Selalu kau sebut nama anak-anakmu dalam setiap doa
Memohon dengan segenap keikhlasan kepada-Nya
Demi keberhasilan anak-anakmu
Bunda?
Tiada kata yang bisa keluar dari mulut ananda
Untuk mengungkapkan ribuan kata terima kasih yang tak terhingga
Satu pinta dari ananda
Semoga Tuhan membalas kebaikan dan jasa-jasamu

Uhibbuki Ya Ummi..Rahimakillah..







AYAHKU SAYANG

Ketika sang istri terbaring kesakitan tak berdaya
Untuk melahirkan buah hati dambaannya
Rasa cemas terpancar dari wajahnya
Tak lupa mulutnya selalu melantunkan do?a
Agar sang istri diberi kemudahan dalam persalinannya
Ketika terdengar jerit tangis yang membahana
Dari mulut mungil yang telah lama ditunggu kedatangannya
Senyum bahagia tersungging dari bibirnya
Tak lupa rasa syukur ia panjatkan ke hadirat-Nya
Bergegas ia menghampiri istri dan anaknya
Ia do'akan anaknya dengan segala kebaikan
Agar kalimat pertama yang didengar darah dagingnya
Adalah kalimat tauhid yang mengesakan Tuhannya
Setelah itu tiba saatnya
Bagi sang ayah untuk memainkan perannya
Membanting tulang untuk masa depan anaknya
Rasa letih tak dihiraukannya
Panas mentari yang menyengat pun diabaikannya
Demi anak-anaknya tercinta
Ayahanda?
Jasamu tiada terkira
Hanya Tuhan yang mampu membalasnya

Uhibbuka Ya Abi..Hafidhakallah..
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Ukhty...

0 komentar
Ukhti...Apakah Engkau Menginginkan Kebahagiaan?

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan cukuplah pujian itu diperuntukkan kepadaNya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas para hambaNya yang terpilih...amma ba'du:

Saudariku Muslimah, Apakah engkau menginginkan kebahagian? Apakah engkau menginginkan ketenangan? Apakah engkau menginginkan keamanan dan kemapanan? Apakah engkau menginginkan hal itu semuanya di dunia dan di akhirat? Sesungguhnya kebahagian itu wahai saudariku Muslimah, semuanya ada dalam ketaatan kepada Allah. Kebahagian seluruhnya ada di dalam meniti di atas manhaj Allah dan di jalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam , Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Al-Ahzab: 71)

Sesungguhnya kesengsaraan (kemalangan) seluruhnya ada dalam kemaksiatan kepada Allah dan kebinasaan seluruhnya ada pada selain manhaj (jalan) Allah dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab: 36)

Saudariku Muslimah, Dengan suara orang yang mencintai dan mengasihi, dengan ucapan orang yang memberikan nasehat dan memberikan peringatan, aku mengajakmu kepada ketaqwaan kepada Allah 'Azza wa Jalla, kemudian aku mengajakmu untuk yang kedua kali agar engkau memuji Allah 'Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat iman dan al-qur'an. Allah telah memuliakanmu, mensucikanmu dan mengangkat kedudukanmu beberapa derajat. Tidak ada ajaran manapun yang lebih tinggi dalam hal mengangkat derajat wanita selain ajaran Islam. Tidak hanya cukup demikian, bahkan Allah banyak menurunkan hukum-hukum yang khusus berkenaan dengan masalah wanita di dalam kitabNya yang mulia. Sedangkan sebelum Islam, wanita dijadikan barang dagangan yang murah dan hina, bagaikan perhiasan yang tidak ada nilainya. Hina di mata walinya, hina di mata keluarganya, serta dihinakan oleh masyarakat yang dia hidup di dalamnya. Oleh karena itu terkadang ia diperlakukan seperti binatang, bahkan perlakuan mereka terhadap binatang lebih baik daripada memperlakukan wanita.

Sesungguhnya engkau, wahai saudariku Muslimah, tidak akan mendapatkan kemuliaanmu kecuali dalam agama ini, maka berpegang teguhlah engkau dengan (agama ini) dan dengarkanlah firman Allah 'Azza wa Jalla yang telah menceritakan kisah orang terdahulu, mestilah engkau selalu mengingatnya agar engkau memuji Allah atas kenikmatan yang engkau dapatkan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl: 58-59)

Memang pada zaman jahiliyah sebelum Islam, benar-benar telah terjadi pembunuhan anak perempuan, bahkan kadang menguburnya hidup-hidup. Sehingga Islam datang sebagai rahmat bagi alam semesta, mewasiatkan untuk mendidik anak-anak perempuan dan memelihara mereka, serta menjadikan pahala yang besar bagi orang yang melaksanakan hal itu.

Ingatlah, kemudian -wahai Ukhti Islam- pujilah Allah yang telah memberi hidayah kepadamu pada agama ini, yang telah memuliakanmu, menghormatimu dan mengangkat kedudukanmu dengan agama ini, di saat wanita-wanita selainmu di alam ini telah tersesat. Kemudian berpegang teguhlah engkau dengan tali yang kuat tersebut (agama Islam), sesungguhnya itu adalah merupakan satu-satunya sandaran, meskipun sandaran-sandaran lain mengkhianatimu. Ketahuilah sesungguhnya engkau akan ditimpa adzab (siksaan) Allah jika engkau tidak tunduk pada perintah-perintah Allah, berhenti pada batasan-batasan dan menjauhi laranganNya.

Saudariku Muslimah Sesungguhnya musuh-musuhmu banyak sekali, dan sesungguhnya orang yang ingin memanfaatkanmu dalam upaya meruntuhkan agama, rasa malu dan keutamaan banyak sekali, dan boleh jadi mereka itu dari kalangan kita sendiri.

Salah seorang dari mereka (musuh-musuh Islam) berkata: "Tidaklah keadaan negeri Timur menjadi makmur melainkan apabila seorang pemudi melepaskan hijabnya dan membenamkan (menguburkan) Al-Qur'an dengannya!". Sesungguhnya dengan hal itu mereka ingin mengeluarkanmu menuju kesengsaraan dan kebinasaan, mereka mengajakmu menuju neraka Jahannam. Maka jika engkau menyambut mereka, mereka akan melemparkanmu ke dalamnya. Mereka ingin agar engkau menjadi wanita durhaka, yang berbuat fasiq dan membuka aurat. Mereka berusaha menggiringmu. Mereka menunggumu dengan sangat sabar agar engkau melepaskan abaya (pakaian muslimah) serta melepaskan hijab dengan segala konsekwensinya, yaitu melepaskan keimanan, rasa malu dan kesucian, kemudian engkau akan meninggalkan kewajiban-kewajiban lainnya.

Pada saat itu, perbuatanmu tersebut menyenangkan mereka (para musuh), mereka mempermainkanmu seperti anak-anak bermain-main dengan bola, dan mereka mempermainkanmu seperti anjing-anjing bermain-main dengan bangkai, semoga Allah menjagamu dari mereka.
Saudariku Muslimah Apa sikapmu terhadap mereka? Sesungguhnya sikap yang ditunggu darimu adalah berpegang teguh pada agama Allah, berjalan di atas rel batasan-batasanNya dan tidak menyambut ajakan mereka.

Buatlah mereka menjadi marah, dengan tidak memperhatikan mereka dan tidak mendengarkan mereka, buatlah mereka menjadi bersedih dengan keteguhanmu berpegang pada agamamu, dengan menjaga rasa malumu dan beriltizam dengan hijabmu.

Saudariku Muslimah Sesungguhnya sebagian wanita menggambarkan bahwa sufur adalah membuka muka wanita saja, tidak...tidak ini saja. Sesungguhnya termasuk sufur adalah pakaian yang ketat, yang pendek dan yang tipis. Sesungguhnya termasuk sufur adalah memakai wangi-wangian ketika keluar menuju tempat-tempat yang di dalamnya ada laki-laki. Sesungguhnya yang termasuk sufur adalah memakai pantalon. Apakah engkau tidak mendengar sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :

Dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihat keduanya ...(dan beliau menyebutkan): Para wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang, mereka menyimpang dari jalan yang benar dan memperlihatkan kejelekan mereka kepada orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring mereka tidak akan memasuki surga, dan mereka tidak akan mendapatkan bau surga, sesungguhnya bau surga tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim).

Ahlu 'Ilmi berkata: makna Para wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang adalah bahwa mereka memakai pakaian akan tetapi pakaian-pakaian itu ketat, tipis atau tidak menutupi seluruh badan.

Saudariku Muslimah Apakah engkau ridha (rela) menjadi penghuni neraka? Apakah engkau ridha memakai pakaian yang dengan pakaian itu engkau menangggalkan rasa malu? Apakah engkau ridha memamerkan dirimu seperti dipamerkannya barang dagangan, lalu setiap orang yang rendah dan hina akan selalu dihubungkan denganmu? Tidak wahai pemudi Islam, aku tidak mengira engkau akan ridha dengan hal yang demikian itu, dan inilah adalah yang diharapkan darimu.

Saudariku Muslimah, Agamamu adalah bentengmu yang amat kokoh, (untuk) memelihara kesucianmu, rasa malumu dan kemulianmu. Agamamu memerintahkanmu untuk berhijab dan memiliki rasa malu.

Kapan saja engkau meninggalkan perintah ini, maka engkau akan ditimpa adzab Allah Subhanahu wa Ta'ala di akhirat Sedangkan di dunia engkau menjadi mangsa serigala-serigala manusia yang ingin mencuri kesucianmu agar engkau merasakan kesusahan (kesedihan) sepanjang hidup. Akan tetapi sebagian akhwat (saudara-saudara perempuan) -semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan hidayah kepada mereka- telah mendengar seruan serigala-serigala itu, tetapi malah bekerja untuk mereka, keadaan mereka (akhawat) seperti perkataan para penyair:
"Kambing digiring menuju kematian,
Dia berjalan dan mengembik menuju para penyembelih."

Saudariku Muslimah, Wahai wanita yang beriman kepada Allah, wahai wanita yang menutupi auratnya dengan penutup yang Allah syari'atkan, waspadalah! Waspadalah dari ketergelinciran, sesungguhnya ketergelinciran akan mengantarkan kepada neraka, dan neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Waspadalah! Waspadalah dari menyerupai wanita-wanita kafir, sesungguhnya barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk (golongan) mereka.

Engkau wahai saudariku Muslimah Seorang wanita yang berkedudukan tinggi, engkau seorang wanita yang mulia dan engkau seorang wanita yang suci. Kedudukanmu tinggi karena Al-Qur'an, engkau mulia karena iman, dan suci karena engkau berpegang-teguh pada agama ini. Maka bagaimana (mungkin) seorang wanita yang suci mengekor wanita yang najis?

Saudariku Muslimah, Sesungguhnya kami, -demi Allah- benar-benar merasa heran terhadap pemudi yang mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam : "Dua golongan ahli neraka...".(al-Hadits.) kemudian tetap senantiasa memakai pakaian yang ketat, tipis dan menyingkap (membuka) wajah dan sebagian tempat-tempat fitnah lainnya.

Maka wahai wanita Muslimah yang shalat dan sujud, wahai orang yang menundukkan kepalamu kepada Dzat (Allah) Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluqNya, dan menundukkan pendengaran dan penglihatan untukNya, apakah tidak cukupkah bagimu hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tadi sebagai larangan? Demi Allah itu adalah merupakan ancaman dan larangan yang sangat keras. Jika diberikan pada gunung-gunung yang kokoh, tentu gunung-gunung itu akan berantakan. Kerugian apakah yang lebih besar daripada diharamkan masuk surga yang penuh kenikmatan? Dan tinggal ditingkatan-tingkatan neraka Jahim?

Saudariku Muslimah, Takutlah engkau kepada Allah dan laksanakan tugas-tugas yang Dia wajibkan kepadamu. Apabila hatimu mengeras maka ingatlah bencana yang telah menimpa orang lain. Engkau tidak tahu kapan bencana itu akan datang kepadamu, sesungguhnya itu adalah maut yang pasti terjadi.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali-Imran :185)

Ingatlah wahai wanita hamba Allah, pada hari di mana engkau diletakkan dalam kuburan, dalam lubang yang gelap dan sepi itu. Ingatlah ketika sangkakala ditiup dan engkau dikumpulkan bersama para makhluq dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang dan kebingunan. Matahari benar-benar akan dekat darimu kurang lebih satu mil, dan engkau akan dipanggil dengan namamu diantara para makhluq untuk dihisab. Bagaimana keadaanmu ketika itu wahai hamba Allah? Di mana persiapanmu wahai wanita yang lalai? Berapa banyak ketergelinciran-ketergelinciran dalam kitabmu? Apakah mode-mode pakaian akan bermanfaat ketika itu? Apakah lagu, sinetron, film dan majalah-majalah (yang merusak) akan bermanfaat? Apakah barang-barang permata akan bermanfaat? Tidak demi Allah, hal itu tidak akan memberikan manfaat sedikitpun selamanya. Yang akan memberikan manfaat pada saat itu hanyalah kebaikan-kebaikan, dan amal-amal shalih, setelah mendapatkan rahmat dari Rabb bumi dan langit.

Ingatlah, Ingatlah wahai wanita hamba Allah, pada hari di mana engkau diletakkan dalam kuburan, dalam lubang yang gelap dan sepi itu. Ingatlah ketika sangkakala ditiup dan engkau dikumpulkan bersama para makhluq dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang dan kebingunan. Matahari benar-benar akan dekat darimu kurang lebih satu mil, dan engkau akan dipanggil dengan namamu diantara para makhluq untuk dihisab.

Bagaimana keadaanmu ketika itu wahai hamba Allah? Di mana persiapanmu wahai wanita yang lalai? Berapa banyak ketergelinciran-ketergelinciran dalam kitabmu? Apakah mode-mode pakaian akan bermanfaat ketika itu? Apakah lagu, sinetron, film dan majalah-majalah (yang merusak) akan bermanfaat? Apakah barang-barang permata akan bermanfaat? Tidak demi Allah, hal itu tidak akan memberikan manfaat sedikitpun selamanya. Yang akan memberikan manfaat pada saat itu hanyalah kebaikan-kebaikan, dan amal-amal shalih, setelah mendapatkan rahmat dari Rabb bumi dan langit.

Ingatlah, maka bertaqwalah kepada Allah wahai putri Islam, bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang ke luar ke pasar-pasar dalam keadaan bertabaruj (memperlihatkan kecantikan) dan membuka muka. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang memakai abaya (pakaian muslimah) untuk perhiasan, bukan untuk menutupi dan kesucian. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang bercampur baur dengan laki-laki. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang keluar (rumah) dalam keadaan memakai wangi-wangian menuju pasar-pasar dan jalan-jalan. Bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang menawarkan dirimu untuk berkhalwat (menyendiri) dengan laki-laki asing.

Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi (berduaan) dengan seorang wanita melainkan setan menjadi orang yang ketiga (diantara) keduanya.

Bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang mendidik anak-anakmu dengan pendidikan yang tidak baik/benar. Engkau tidak mengingatkan mereka dengan ketaatan kepada Allah, tidak menasehati mereka dan tidak menunjukkan mereka pada apa-apa yang dapat memberikan manfaat pada mereka di dunia dan di akhirat. Bertaqwalah kepada Allah dan jagalah dirimu dari menjadi barang mainan di tangan orang-orang yang lemah iman. Bertaqwalah pada Allah dan kembalilah pada petunjuk sebelum datang suatu hari yang pada hari itu hati-hati dan pandangan-pandangan (mata) dibalikkan. Ketahuilah bahwa adzab Allah sangat keras, dan sesungguhnya engkau -demi Allah- tidak akan kuat merasakan adzab neraka.

Sesungguhnya gunung-gunung jika dilewatkan pada neraka maka dia akan meleleh karena kuatnya panas neraka. Maka di mana engkau wahai wanita yang lemah dibandingkan dengan gunung-gunung yang perkasa dan kokoh? Sesungguhnya engkau mampu bersabar atas rasa lapar dan haus, dan engkau mampu bersabar atas bahaya. Akan tetapi demi Allah yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhaq untuk disembah selain Dia, tidak ada kesabaran bagimu terhadap neraka. Ingatlah, maka selamatkanlah dirimu dari neraka sebelum terlambat.

Ketahuilah bahwa dunia ini pasti akan berlalu dan akhirat adalah tempat yang kekal, dan bahwa terbongkarnya kejelekkan-kejelekkan (aib-aib) di hadapan seluruh manusia di hari pembalasan adalah peristiwa yang sangat besar. Maka bertaqwalah engkau kepada Allah, kemudian bertaqwalah engkau kepada Allah wahai hamba Allah!
Semoga Allah memberikanmu taufiq kepada apa-apa yang dicintai dan diridhai olehNya, dan semoga Allah memberikan manfaat kepadamu dari apa-apa yang engkau dengar dan engkau baca, dan semoga Allah menjadikannya sebagai pendukung bagimu bukan sebagai bumerang atasmu.

Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, keluarganya dan para sahabatnya seluruhnya.

[Diterjemahkan oleh: Ummu 'Abdillah As-Salafiyyah, dari buletin da'wah: Daar al-Wathan -Riyadh no: 115, asalnya dari kaset: Ukhtah Hal Turidina As-Sa'adah? Oleh: Syaikh Ali Bin Abdul Kholiq Al-Qorny (setelah disunting)]

(Majalah as-Sunnah Edisi 08/Tahun V/1422H/2001M)
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Mutiara Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah tentang obat ujub

0 komentar
Berkata Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah tentang obat ujub:

"Apabila kamu mengkhawatirkan ujub terhadap amalanmu, maka perhatikanlah; ridho siapa yang kamu cari?, pahala siapa yang kamu harapkan?, hukuman siapa yang kamu takutkan?, kesehatan dan nikmat mana yang kamu syukuri?, dan bencana apa yang kamu ingat?. Sesungguhnya apabila kamu berfikir tentang salah satu dari beberapa perkara ini, pasti menjadi kecil di matamu amalanmu."

(Ma'alim Fit Tarbiyah Wad Dakwah, Mawa'idh Al-Imam Asy-Syafi'i, Penyusun Sholih Ahmad Asy-Syami, hlm 9, Maktabah Syamilah)

Penjelasan:

Ujub adalah sifat yang tercela dan dibenci Allah, yaitu seseorang yang bangga terhadap dirinya dan amalnya.
Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah memberikan lima resep untuk mengobati sifat ujub tersebut:

1. Dalam beramal tentu seseorang mencari ridho Allah, dan dia tidak akan mendapatkan ridho Allah apabila ujub terhadap amalnya.

2. Dalam beramal tentu seseorang mengharapkan pahala Allah, dan dia tidak akan mendapatkan pahala Allah apabila ujub terhadap amalnya.

3. Dalam beramal tentu seseorang mengharapkan selamat dari hukuman Allah, dan dia tidak akan selamat dari hukuman Allah apabila ujub terhadap amalnya.

4. Semua amal kita apabila dibandingkan dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kita tentu masih lebih banyak nikmat Allah yang kita terima yang harus kita syukuri, padahal kita tidak akan mampu mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan sebenarnya. Lalu apa yang kita banggakan dari amal kita?.

5. Berapa banyak bencana yang kita diselamatkan Allah darinya, padahal amal kita tidak seberapa dibanding bencana-bencana yang kita diselamatkan darinya. Lalu apa yang kita banggakan dari amal kita?.

Kalau kita renungkan salah satu dari lima resep tersebut pasti akan hilang dari kita sifat ujub yang tercela itu...
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

LUCU,...[Sebuah Renungan]

0 komentar
Bacalah Dengan Menyebut Nama Tuhanmu Yang Menciptakan

LUCU,...[Sebuah Renungan]

Lucu,..Seseorang begitu sulit dan berat serta menganggap besar mengeluarkan uang 10 ribu infak untuk masjid atau kepada fakir miskin atau di jalan Allah, namun begitu mudah dan ringan serta menganggap kecil untuk membelanjakannya di super market dan mal-mal..

Lucu,..Seseorang merasa sangat lama menghabiskan waktunya 1 jam dalam ibadah, namun merasa amat sebentar kalau untuk bermain-main..

Lucu,..Seseorang merasa sangat berat membaca 1 juz dari Al-Qur'an, namun merasa ringan kalau membaca 300 halaman novel terkenal..

Lucu,..Seseorang lebih percaya kepada berita koran, namun ia meragukan berita-berita Al-Qur'an..

Lucu,..Seseorang kehabisan kata-kata ketika berdoa, namun sangat lancar ketika ngobrol..

Lucu,..Seseorang yang membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk menyusun kegiatan Islami, namun cukup sekejap untuk kegiatan lain..

Fa'tabiruu Yaa Ulil Abshaar.. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan..
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Sampai Kapan Kelalaian Ini Berakhir

0 komentar


Sesungguhnya ghaflah (lalai, terlena) adalah racun yang sangat mematikan, dan penyakit yang sangat berbahaya, yang dapat menguasai hati, merasuk mencengkram jiwa, serta menawan/melumpuhkan angota badan. 

Saat ini kebanyakan manusia hidup dalam kelalaian yang nyata dari (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kampung akhirat. Dunia dan seluruh perhiasannya telah menjebak mereka, angan-angan tak karuan sudah menipunya, dan mereka telah disetir oleh keinginan-keinginan jelek, setan serta hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada perbuatan tercela, namun dengan ini semua mereka masih mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya perbuatan. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (Al Anbiyaa' :1) 

Mayoritas manusia dalam keadaan lalai 

Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahullah berkata: Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya -kecuali sedikit saja- merupakan golongan orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan membawa kemashlahatan baginya, sedang mereka menyibukan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman-walaupun kamu sangat menginginkannya." (Yusuf: 103) 
Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala, artinya: "Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al An'am : 116) 
Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala, artinya: "Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (Yunus : 92) 

Namun apakah lalainya kebanyakan manusia dari Allah dan dari hari kemudian itu merupakan hujjah bagi orang-orang yang lengah dan suka main-main ? Sama sekali tidak.....Itu bukan hujjah bagi mereka, bahkan menjadi hujjah atas mereka, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus para Rasul, mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang tidak ada sekutu baginya, dan meninggalkan jalan-jalan kelengahan dan kesesatan, begitu juga Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan kitab-kitab yang di dalamnya mengandung peringatan dari sikap lalai dan semua pintu-pintunya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai ." (Al Araf : 205) 

Al Imam Abu Muhammad Al Qushariy berkata : Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melarang manusia berbuat lalai, dan Dia telah memerintahkan agar selalu mengingat-Nya setiap saat, Dia berfirman, artinya: "Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dzikir yang sebanyak-banyaknya." (Qs: Al-Ahzab: 41) 
Dan berfirman, artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring" (Qs: Ali Imran: 191) 

Siksa bagi orang yang lalai 

Orang-orang yang lalai mendapatkan sangsi di dunia dan sangsi di akhirat: 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang ummat Nabi Musa as tatkala mereka mendustakan dan menyakitinya, artinya: "Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggalamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu." (Qs: Al-A'raf: 136) 

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan neraka Jahannam yaitu tempat siksaan di akhirat sebagai tempat kembali dan tempat tinggal bagi orang-orang yang lalai, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, artinya: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manuia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunaknnya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Qs: Al-A'raf:179) 

Ayat ini menjelaskan bahwa tempat akhir orang-orang yang lalai adalah Jahannam disebabkan mereka memiliki hati, namun hatinya sangat keras, tidak pernah tersentuh dan terenyuh, serta tidak tergerak sedikitpun dengan mau'idhah (wejangan), dia bagaikan batu, bahkan lebih keras. 

Mereka memiliki mata yang mampu melihat pemandangan dhahir (luar) segala sesuatu, namun tidak mampu melihat dengannya hakikat segala urusan, dan tidak mampu dengannya membedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan. 

Dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka mendengarkan suara-suara kebatilan, seperti dusta, nyanyian, kata-kata kotor, ghibah, dan namimah, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya dalam mendengarkan hal yang benar dan jujur yang berupa kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sunnah Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." (Yunus : 7-8) 
Dan Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang adzab orang-orang yang lalai di Jahannam, "Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata), "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya." ( Al Anbiya : 97-98) 

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga memberitahukan bahwa kelalaian itu bila telah menguasai hati menyebabkan seseorang ridla dengan kekufuran, dadanya merasa tenteram dengannya, pintu-pintu hidayah tertutup, dan terkuncilah hati itu, wal 'iyadzu billah, sehingga taubat dan hidayah sangat sulit tercapai, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannyAllah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran, dan penglihatan-nya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai." (An Nahl :106-108) 

Lalai sebab segala kejelekan 

Al Imam Ibnu Al Qayyim berkata : Dan lalai dari (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hari kemudian bila berpasangan dengan mengikuti hawa nafsu maka terlahirlah dari keduanya segala macam keburukan, dan umumnya bergabung antara keduanya dan tidak pernah terpisahkan. 
Barang siapa memperhatikan kerusakan situasi alam ini, secara umum maupun khusus maka dia bakal mendapatkannya sebagai akibat dari kedua hal ini. 

Kelalaian menjadi penghalang antara seseorang dengan kemampuan memandang kebenaran, mengetahuinya, dan memahaminya, sehingga ia termasuk dalam jajaran orang-orang yang sesat. 

Tanda-tanda lalai 

Saudaraku tercinta, lalai itu memiliki banyak tanda, dikala kita melihat salah satunya ada dalam diri kita, maka ketahuilah sesungguhnya kita dalam bahaya, cepatlah koreksi diri, kejarlah ketinggalan, dan mulailah menanggulangi tanda-tanda ini dengan cara-cara yang disyari'atkan agar kita mampu melepaskan diri dari cengkaramannya sepanjang masa. Dan di antara-tanda itu adalah :

* Menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan inilah fenomena kelalaian yang paling besar. 
* Kufur, fasiq, dan nifaq. 
* Melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti zina, sodomi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. 
* Menyia-nyiakan shalat, dan menye-pelekan waktu-waktunya, serta (meninggalkan)mendirikannya secara berjamaah di mesjid. 
* Sedikit mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
* Sedikit membaca Al Qur'an. 
* Meninggalkan berdoa, dan berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
* Mencintai dunia, dan menyibukan diri untuk mengumpulkannya dengan berbagai cara. 
* Tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik dalam hal pakaian, cara hidup, dan penampilan. 
* Berteman dengan orang-orang jahat, dan orang yang tidak mau mengingatkannya kepada Allah. 
* Menyia-nyiakan waktu dalam hal yang bukan termasuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
* Terlalu banyak makan, minum, tidur, dan bergaul, karena itu semua menyebabkan rusaknya hati dan malasnya anggota badan dari melaksanakan berbagai macam ketaatan. 
* Mendengarkan lagu-lagu, dan menonton siaran parabola yang beracun. 
* Tidak hati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengan halal dan haram. 
* Melanggar keharaman-keharaman yang nampak, seperti mempergunakan narkoba, merokok, laki-laki mengisbalkan pakaiannya dan mencukur jenggot, wanita ber-tabarruj dan keluar dengan bersolek serta memakai wangi-wangian, dan lain sebagainya.

Disarikan dari nasrah Darul Wathan, "Ila mata al ghaflah"
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Ambisi Akhirat

0 komentar

Dunia dengan berbagai keindahan dan kelezatannya memang sangat menggiurkan dan menjanjikan, maka tak ayal orang yang lemah pondasi imannya akan terseret bahkan menjadi budaknya, semuanya demi dunia. Agar dapat lolos dari jerat ini, maka seorang Muslim hendaklah membekali dirinya dengan keimanan dan ketakwaan serta memompa dirinya agar memiliki ambisi akhirat yang sangat tinggi.

Karena, siapa saja yang ambisinya akhirat, maka ia akan selalu mengingatnya dalam setiap kondisi di dunia. Anda akan mendapatinya tidak bergembira, tidak bersedih, tidak ridha, tidak marah dan tidak berusaha, kecuali untuk akhirat. Ia akan selalu mengingat akhirat dalam mencari rizki, berjual beli, bekerja,memberi, dan dalam semua urusannya. Siapa saja yang demikian kondisinya, maka Allah subhanahu wata'ala akan menganugerahinya tiga kenikmatan yaitu:

Pertama, Anugerah Persatuan. 

Allah subhanahu wata'ala akan menganugerahinya ketenteraman dan ketenangan, menghimpun pikirannya, mengurangi kelupaannya, menyatukan keluarga nya, menambah rasa kasih antara dia dan mereka, memudahkan mereka untuknya, mempersatukan semua kerabatnya, menghindarkannya dari perpecahan dan pemutusan hubungan rahim. Dengan begitu, seluruh dunia bersatu untuknya. Dunia bersatu untuk kepentingannya dan semua apa yang diinginkannya di dalam berbuat ta'at kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ke dua, Anugerah Kaya Hati. 

Ini merupakan nikmat yang amat besar yang dianugerahkan Allah subhanahu wata'ala khusus bagi hamba yang dikehendaki-Nya. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl:97).

Ibn Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan keridhaan dan kepuasan hati yang tidak lain adalah kaya diri dan kepuasannya dengan apa yang dianugerahkan melalui doa yang sungguh-sungguh.

Kekayaan bukan segala-galanya, bahkan terkadang ada orang yang dibuat letih oleh hartanya. Sedangkan orang yang menjadikan akhirat sebagai ambisinya, kita dapati dia selalu ridha, puas diri, bahagia, ceria dan baik jiwanya. Ia tidak tamak kepada dunia dan bekerja sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah di dalam mencari (rizki)." Yakni, berusahalah dengan usaha yang diterima, yang dibolehkan di dalam mendapatkan dunia. Janganlah seseorang menjadikannya sebagai ambisi yang menyibukkan dirinya yakni ia habiskan semua waktunya untuk dunia.

Ke tiga, Dunia Datang dan Cinta Kepadanya. 

Dunia ini memang aneh; bila anda kejar, ia akan lari tetapi bila anda berpaling darinya, ia akan mengejar anda, dan ini sesuatu yang sudah terbukti. Banyak orang shalih menyebut kondisi mereka dengan dunia, "Kami sibukkan diri dengan urusan dien, lalu dunia pun menyongsong kami."

Sebaliknya, siapa saja yang menjadikan dunia sebagai ambisinya dan segala sesuatu ia jadikan demi dunia; seperti ridha, marah, senang, benci, ceria, bicara, mencela dan sebagainya, maka orang yang kondisinya demikian akan diberi hukuman oleh Allah subhanahu wata'ala dengan tiga hukuman yang disegerakan:

Pertama, Mencerai-beraikan Persatuannya. 

Ia akan menjadi orang yang hatinya tercerai-berai, pikirannya kacau, banyak cemas terhadap urusan-urusan dunia, sekalipun hanya sepele. Harta, keluarga dan tanggungannya membuatnya terpisah, sekalipun mereka berada di hadapan matanya, sebagai akibat dari mementingkan dunia saja.

Ke dua, Dilanda Kefakiran. 

Ia tidak pernah merasa puas, sehingga membuatnya selalu berhajat di balik kesenangan dunia dan perhiasannya. Ini tentu saja membuat nya semakin letih, sedih dan cemas. Ia boros terhadap kesenangan dunia dan hal yang bersifat hura-hura, namun amat bakhil di dalam bersedekah dan berbuat kebajikan.

Ke tiga, Dunia Lari Darinya. 

Ia mencarinya namun dunia menjauhinya. Ia berlari mengejar dan meminum darinya seperti orang yang menimba air di laut untuk diminum; namun setiap diminum, ia semakin merasakan haus dan dahaga. 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata, "Ambisi dunia adalah kegelapan di hati, sedangkan ambisi akhirat adalah cahaya di hati."

Dalam masalah ini, manusia terbagi kepada tiga jenis:

Pertama, Orang-orang yang dikalahkan oleh ambisi akhirat sehingga mereka bekerja untuk dunia menurut kacamata akhirat dan menyadari bahwa dunia hanyalah jembatan yang membawa mereka sampai ke akhirat.

Ke dua, Orang-orang yang dikalahkan oleh cinta dunia hingga akhirat terlupakan oleh mereka, dan ambisi dunia telah menyibukkan hati mereka.

Ke tiga, Orang-orang yang disibukkan oleh dunia dan juga akhirat. Mereka ini adalah para pencampur-aduk urusan, dan betapa banyaknya manusia tipe seperti ini di zaman sekarang. Mereka berada dalam posisi yang tidak aman bahkan dalam bahaya.

Kriteria Orang yang Memiliki Ambisi Akhirat 

* Memiliki Rasa Takut dan Sedih. 

Sekalipun mereka berharap akan rahmat Allah subhanahu wata'ala dan ta'at kepada-Nya, hanya saja mereka tidak terpaku pada hal itu saja. Mereka dilanda kesedihan atas segala hal yang telah disia-siakan dan menyesali dosa yang dilakukan sekalipun hanya sepele. Mereka selalu dalam kondisi sadar dan ingat. Mereka bersedih atas kezhaliman, kekerasan, keterlantaran, keterhinaan dan semua kondisi yang dialami kaum muslimin. Dan yang paling mereka takutkan adalah buruknya akhir hidup (Su`ul Khatimah).

Sufyan ats-Tsaury berkata, "Aku takut kalau tercatat di Lauh al-Mahfuzh sebagai orang yang sengsara, aku takut terampas iman ketika akan mati."

Kesedihan itu membawa mereka untuk kembali kepada Allah subhanahu wata'ala dan menyucikan diri dari segala dosa. Mereka selalu sedih bila melakukan suatu perbuatan dosa hingga dapat melakukan suatu kebaikan yang menghapusnya. Namun orang yang gandrung dengan dunia, semua kesedihan-kesedihan dan ambisinya hanyalah demi dunia.

* Terus Beramal untuk Akhirat. 

Kesedihan mereka karena ambisi akhirat, rasa takut dan ingat mati tidak pernah menahan tangis di rumah-rumah mereka atas diri mereka. Rasa takut mendorong mereka untuk menambah frekuensi amal shalih. Sedangkan orang yang merasa aman, tergoda dan terpedaya dengan amalannya, dikuasai oleh sifat malas dan berandai-andai serta kurang memiliki sifat wara' karena mengandal kan perma'afan Rabb-nya semata.

* Tersentuh dengan Pemandangan Kematian dan Selalu Mengingatnya.

Kondisi ini menyebabkan hati mereka hidup sebab mereka mengaitkan semua apa yang mereka lihat di dunia dengan akhirat. Hal yang paling menyentuh hati mereka adalah pemandangan kematian dan saat-saat sekarat.

Lain halnya dengan orang-orang yang ambisinya hanya dunia dan hati mereka sudah keras, mereka tidak mau mendengar kematian disebut bahkan merasa terganggu karena mengira dapat lolos dari kematian. Al-Qur'an menolak anggapan orang yang berpikiran seperti ini,(baca: QS. Al-Jumu'ah:8).


Faktor-Faktor yang Menghalangi Perhatian terhadap Akhirat 

* Mengejar Dunia dan Antusias Terhadapnya. 

Tidak dapat diragukan lagi bahwa sibuk dengan urusan dunia merupakan faktor paling besar yang dapat menyebabkan lemahnya persiapan untuk melakukan amalan setelah mati. Yang dicela dari hal ini bilamana kesibukan-kesibukan duniawi itu semata-mata menjadi tujuan; dicinta dan dipatuhi selain Allah subhanahu wata'ala.

* Tidak Mau Mengingat Kematian dan Dahsyatnya Kiamat. 

Tidak pernah terlintas sedikit pun di pikiran orang-orang yang gandrung dengan dunia ini pemandangan akhirat, mengingat mati dan setelahnya. Hal ini membuat mereka menyia-nyiakan waktu dan umur.

Terpedaya dengan Kesehatan Jasmani.

Di antara orang-orang yang gandrung dengan dunia ada yang terpedaya dengan kesehatan jasmani dan masa mudanya. Mereka tidak menyadari bahwa kesehatan itu hanya pinjaman dan barangkali pinjaman itu harus dikembalikan, sementara ruh masih berada di dalam jasad. Bila yang terpedaya dengan kesehatannya ini adalah orang yang memiliki jabatan dan kekayaan, tentu ia akan bertambah lupa terhadap akhirat dan lalai untuk meraih perbekalannya.

Sumber: "Takw
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

I F F A H (MEMELIHARA DIRI)

0 komentar


Iffah adalah usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.
Hal-hal yang dapat menumbuhkan iffah antara lain :

Pertama: Iman dan Taqwa 

Inilah asas yang paling fundamental di dalam memelihara diri dari segala hal yang tercela. Jiwa yang terpateri oleh iman dan taqwa merupakan modal yang paling utama untuk membentengi diri dari hal-hal yang dibenci oleh Allah dan RasulNya. Allah membrikan jaminan kepada orang-orang yang amal solehnya didasari oleh iman dengan kehidupan yang baik, "Barang siapa mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia orang beriman, maka sesungguhnya kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (An Nahl: 97)

Lalu terhadap orang beriman yang taqwa Allah mmberikan AlFurqan, yaitu petunjuk yang dapat membedakan antara Al Haq dengan Al Bathil. "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Al Furqan dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu." (Al Anfal: 29)

Dan manakala iman dan taqwa dalam jiwa seorang muslim telah rapuh, maka itulah pertanda mudahnya dirinya terjebak dalam kesesatan dan perbuatan tercela. Maka memelihara dan memupuk iman ini merupakan kewajiban yang harus mendapatkan prioritas utama.

Kedua: Nikah 

Inilah salah satu rambu jalan yang jelas menuju kesucian diri. Bahkan nikah adalah sarana yang paling baik dan paling afdhol untuk menumbuhkan sikap iffah pada diri seorang muslim. Nikah adalah sesuatu yang fithri pada diri seorang muslim, di mana padanya Allah menjadikan rasa cinta serta kasih sayang dan kedamaian. "Dan di antara kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang." (Ar Rum: 21).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda: "
"Hai para pemuda, barang siapa di antara kamu yang telah mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena hal itu lebih (dapat) menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan, dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena itu dapat mengobatinya." (Muttafaq Alaih)

Dalam hadits lain beliau bersabda:
"Apabila seorang hamba telah menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah padayang setengah lagi." (HR. Al Baihaqy, shohih)

Ayat dan hadits-hadits tadi merupakan nash-nash yang jelas mendorong untuk nikah, di mana ketenteraman hati, cinta dan kasih sayang dapat diraih oleh seorang muslim. Dan yang lebih utama lagi adalah bahwa nikah merupakan sarana yang dapat memelihara pandangan dan kehormatan diri seetiap muslim.

Ketiga: Rasa Malu 

Malu adalah akhlak indah dan terpuji. Malu adalah sifat yang sempurna dan perhiasan yang anggun. Terlebih indah jika malu ini menghiasi seorang muslimah. Sifat malu selalu tumbuh dalam sikap yang baik dan memadamkan keinginan untuk berbuat tercela. Allah telah mentakdirkan sifat malu ini hanya ada pada manusia untuk membedakannya dengan hewan. Malu adalah potret pribadi yang agung dan terpuji. Tentang keutamaan malu ini Rasulullah Shallalhu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Malu dan iman adalah bersaudara, maka jika salah satu dari keduanya itu dicabut, tercabut pulalah yang lainnya." (HR. Al Hakim, shohih)
"Sesungguhnya setiap agama itu mempunyai akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu." (HR. Malik, Ibnu Majah, Al Hakim, shohih) [alsofwah]
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Memotivasi Diri Untuk Belajar Ilmu Syar'i

0 komentar


Saat ini, orang yang mau belajar dan menekuni ilmu syar'i sudah sangat langka, yang banyak adalah belajar ilmu syar'i sekedarnya. Misalnya, sekali seminggu menghadiri pengajian, mengikuti kursus-kursus singkat, membaca buku terjemahan, atau sekedar mengikuti mata pelajaran agama di sekolah yang porsinya sangat kurang. Akibatnya, banyak umat Islam yang buta akan ajaran agamanya. Jangankan pengetahuan ilmu syar'i secara umum, hal-hal yang wajib diketahui dalam uru-san agama pun banyak yang tidak tahu.

Yang dimaksud ilmu syar'i (agama) di sini, bukanlah sembarang ilmu agama, namun ilmu syar'i yang benar-benar shahih berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan manhaj (pemahaman dan pengamalan) para ulama Salaf.

Kedua, yang dimaksud ilmu syar'i di sini adalah yang menghantarkan seseorang kepada takwa (Lihat QS. Fathir: 28), sehingga ia selalu menjaga keta'atan kepada Allah, baik ketika sendiri maupun di tengah banyak orang.

Ketiga, ilmu syar'i yang kita maksud di sini adalah yang mendorong pemiliknya untuk mengamalkannya. Ia tidak sekedar wacana, teori atau sekedar pengetahuan.

Sebab Kurangnya Motivasi

Ada banyak sebab sehingga seseorang kurang atau tidak termotivasi belajar ilmu syar'i. Di antara yang terpenting adalah:

Pertama, Tidak Mengetahui Tingginya Kedudukan Ilmu Syar'i.

Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wasalam menyatakan, artinya: "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan untuknya, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Bukti Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba adalah dengan menganugerahinya pemahaman ilmu syar'i. Mereka itulah ulama, pewaris para nabi, penjaga syari'ah dan kemurnian agama Allah (Lihat QS. At-Taubah: 122). Ibnu Qayyim Rahimahullaah berkata: "Barangsiapa mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, maka ia termasuk orang-orang shiddiqin, yang derajatnya setelah derajat para nabi 'alaihimus salam."

Kedua, Tidak Mengetahui Kewajiban Mencari Ilmu Syar'i.

Memang, tidak semua ilmu syar'i wajib kita ketahui secara luas dan mendalam. Misalnya harus memahami ilmu tafsir, hadits, aqidah, fiqh, faraidh dsb, sebab yang demikian itu adalah tugas para ulama (Lihat QS. At-Taubah: 122). Tetapi di dalam Islam, ada ilmu yang hukum mempelajarinya adalah fardhu ain (wajib bagi setiap individu muslim). Yaitu ilmu syar'i yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah yang dikerjakan seseorang. Seperti syahadat, shalat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu, dsb. Artinya, orang yang mengerjakan shalat misalnya, harus terlebih dahulu belajar tentang shalat secara benar sesuai tuntunan RasulAllah . Bila tidak belajar tentang tata cara shalat, maka dia berdosa sebab berakibat pada berbagai kesalahan dalam shalatnya, demikian juga dengan amalan yang lain.

Ketiga, Terjangkit Penyakit Cinta Dunia dan Takut Mati.

Kini mayoritas umat Islam memandang sesuatu dengan kaca mata duniawi. Artinya, sejauh mana sesuatu itu bisa mendatangkan manfaat materiil dan bisa menjamin kesejahteraannya di dunia. Karena dalam pandangan mereka ilmu syar'i tidak menjanjikan kekayaan, jabatan dan popularitas maka mereka enggan mempelajarinya. Padahal bila manusia hidup sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani (materi), maka tidak ada bedanya dengan binatang. (Lihat QS. Muham-mad:12) Pemenuhan kebutuhan jasmani tidak menjamin kebahagiaan dan ketenangan. Kebahagiaan letaknya di hati, sedangkan hati makanannya adalah ilmu syar'i yang mendekatkannya kepada Allah Maha Pemberi, yang memberikan kebahagiaan hakiki, di dunia maupun di akhirat.

Agar TermotivasiI Belajar Ilmu Syar'i

1. Ikhlas Karena Allah.
Sarana terbesar untuk memotivasi seseorang belajar ilmu syar'i adalah niat yang ikhlas dan jujur kepada Allah. Orang yang belajar karena Allah semata, akan mendapatkan pertolongan Allah, sehingga semangatnya terus berkobar. Imam Ibnu Jamaah rahima-hullah menegaskan tentang ikhlas: "Hendaknya dalam belajar ia memaksudkan hanya untuk mengharapkan ridha Allah, mengamalkannya, meng-hidupkan syari'ah-Nya, menerangi hatinya, menghiasi batinnya dan untuk mendapatkan janji Allah bagi para ahli ilmu. Sebaliknya, tidak untuk mendapatkan hal-hal duniawi, seperti kepemimpinan, jabatan, harta, dan pujian manusia !
Jika seseorang merasa kurang ikhlas, maka jangan lantas berhenti menuntut ilmu, tetapi wajib memaksa dirinya untuk ikhlas karena Allah, berusaha terus memperbaiki niat dan membersihkannya. Bila dia benar-benar jujur kepada Allah untuk mencapai keikhlasan, insya Allah ia akan dimudahkan Allah.

2. Mengenal Perjuangan Ulama Salaf Dalam Menuntut Ilmu.
Imam Syafi'i rahimahullah pernah ditanya, "Bagaimana hasrat tuan ter-hadap ilmu?"Beliau manjawab, "Saya seperti mendengar kata-kata yang tidak pernah saya dengar. Saya bahkan ingin agar saya punya banyak pendengaran, supaya bisa menikmati seperti yang dinikmati oleh kedua telinga saya". "Bagaimana kerakusan anda terhadap ilmu?" Beliau menjawab,"Seperti rakusnya pencari harta yang mencapai puncak kenikmatan karena hartanya.' 'Bagaimana tuan mencari ilmu?' beliau menjawab 'Seperti seorang ibu yang bingung mencari anaknya, yang semata wayang'. Ibnu Asakir dalam menceritakan Abu Manshur Muhammad bin Husain An-Naisaburi berkata, 'Beliau terus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, meski dalam kondisi fakir. Bahkan beliau meng-ulangi dan menulis pelajarannya di bawah sinar rembulan, karena tidak mampu membeli minyak lampu.'

Ibnu Katsir berkata, 'Ilmu tidak bisa diperoleh dengan leha-leha.' Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi berkata, 'Untuk menuntut ilmu hadits, saya mengalami kencing darah dua kali, pertama di Baghdad dan kedua di Makkah. Hal itu karena saya berjalan dengan kaki telanjang di tengah sengatan terik matahari. Saya tidak pernah naik kendaraan saat mencari hadits kecuali sekali, dan saya selalu membawa kitab-kitab di punggung saya.' Sementara Imam Baqi bin Mukhallad Al-Andalusi pada tahun 221H berjalan kaki dari Andalus (Spanyol) ke Baghdad untuk menemui dan belajar kepada Imam Ahmad.

3.Mengetahui Penyesalan Ulama Salaf Atas Hilangnya Kesempatan Menuntut Ilmu.
Ahmad bin Ibrahim Al-Abbas berkata, 'Ketika sampai berita wafatnya Imam Muhammad Ar-Razi, saya masuk kamar dan menangis. Keluargaku mengerumuniku dan bertanya, 'Apa yang menimpamu?' 'Imam Muhammad Ar-Razi telah wafat, kalian melarangku ke sana untuk menuntut ilmu,' jawab-ku. Akhirnya mereka mengizinkanku mencari ilmu kepada Syaikh Hasan bin Sinan.' Abu Ali Al-Farisi berkata: 'Terjadi kebakaran besar di Baghdad, semua kitabku terbakar, padahal saya menulisnya dengan kedua tanganku. Selama dua bulan saya tidak kuasa berbicara dengan seorang pun, karena kesedihan dan duka yang dalam, bahkan beberapa saat saya dalam keadaan linglung.' Imam Syu'bah bin Al-Hajjaj berkata, 'Saya ingat, saya pernah ketinggalan tidak mendengar satu hadits dari Syaikh saya, sehingga saya sakit (karena sangat menyesal dan sedih akibat ketinggalan tersebut).

4. Mengetahui Bagaimana Para Ulama Salaf Tidak Tidur Untuk Menuntut Ilmu.
Dikisahkan, Imam Asad bin Al-Furat melakukan perjalanan ke Iraq un-tuk belajar kepada Syaikh Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani Rahimahullaah. Imam Asad berkata, "Saya orang asing dan bekalku hanya sedikit, bagaimana agar saya bisa belajar lebih dari sekedar mengikuti kajian tuan?" Syaikh Asy-Syaibani menjawab, "Tetaplah ikut kajian pada siang hari, dan saya khususkan waktu malam untuk mengajarimu sendirian. Menginaplah di rumahku dan kamu akan saya ajari ilmu'. Imam Asad berkata, "Maka saya pun menginap di rumah beliau, beliau mendatangiku dengan membawa seember air. Beliau lalu membacakan ilmu untukku, jika malam telah larut dan aku mengantuk, beliau mengambil air dan memercikkannya ke mukaku, sehingga saya bersemangat lagi. Demikian terus berlalu, sehingga saya selesai belajar ilmu apa saja yang saya inginkan."

Abul Qasim Al-Muqri' berkata, Imam Al-Hazimi senantiasa menelaah kitab dan mengarang hingga terbit fajar. Seseorang kemudian berkata kepada pembantunya, 'Jangan kamu berikan minyak untuk pelitanya, barangkali beliau istirahat malam itu.' Ketika malam tiba, Imam Al-Hazimi meminta minyak kepada pembantunya. Lalu dijawab, minyaknya telah habis. Imam Al-Hazimi lalu masuk ke rumahnya dan shalat di dalam kegelapan malam sampai terbit fajar.'

5. Menjauhi Teman-Teman Yang Malas.
Di antara pembunuh semangat belajar ilmu syar'i adalah berteman dengan orang-orang ahli maksiat. Tidak kalah bahayanya adalah bergaul dengan orang-orang yang malas serta enggan melakukan kegiatan positif dan bermanfaat. Abu Hurairahzberkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasalam bersabda: "Seseorang itu tergantung agama kawannya. Karena itu, hendaknya salah seorang dari kamu melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

6. Merasakan Bahwa Anda Terus Berperang dengan Setan.
Setan adalah musuh bebuyutan anak cucu Adam. Mereka menghalangi setiap muslim dari menjalankan kebaikan, termasuk mencari ilmu. Di antara cara setan dalam menghalangi manusia dari mencari ilmu syar'i adalah:

Pertama, menunda-nunda belajar. Setiap kali seseorang ingin mempelajari ilmu dan membaca, setan membisikinya dengan mengatakan, tunda saja besok pagi, sekarang waktunya tidak tepat. Demikian dilakukan setan setiap saat, sampai orang itu menjadi tua, dan tidak berkesempatan mempelajari agamanya.

Kedua, dibisiki bahwa ilmu syar'i tidak akan bisa mengubah sesuatu pun bagi kondisinya sekarang. Argumen ini dapat kita bantah dengan melihat keadaan para pembaharu dan ulama Salaf. Seperti yang terjadi pada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Senjata mereka dalam memperbaiki keadaan adalah hujjah (dalil) dan ilmu.

Ketiga, membisiki bahwa dirinya tidak akan mampu belajar ilmu syar'i. Apalagi jika yang bersangkutan adalah orang awam yang baru saja bertaubat kepada Allah. Ia merasa tidak bisa menuntut ilmu agama karena terbiasa dengan kemaksiatan dan kemalasan. Ia merasa sulit menghilangkan masa lalunya, sehingga sulit pula belajar ilmu syar'i.

Untuk mengobati penyakit ini ada dua hal penting yang harus diingat, pertama, merubah kebiasaan masa lalu yang buruk menjadi kebiasaan yang terpuji dengan terus melawan hawa nafsu dan membiasakan kebaikan, dan kedua, hendaknya ia merenungkan keadaan para penuntut ilmu. Di antara mereka dahulunya ada orang-orang yang sesat, kemudian Allah menganugerahkan hidayah dan istiqamah kepada mereka, maka mereka menjadi giat menuntut ilmu. Mengapa ia tidak berusaha seperti mereka? [alsofwah]
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Menghemat Dan Memanfaatkan Waktu

0 komentar


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata tentang amal yang paling utama: "Yaitu yang lebih tinggi nilai ketundukannya kepada Allah dan lebih bermanfaat bagi hamba".

Berikut ini adalah beberapa kiat mengisi waktu luang dan dimulai dari yang utama kemudian berangsur sampai ke perkara-perkara mubah:

1. Mengahafal dan mempelajari kitabullah 

Allah berfirman, artinya: "Sesung-guhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (Fathir: 30)
Rasulullah bersabda, artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an kemudian mengajarkannya". (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah juga bersabda, artinya: "Kepada Ahli Al-Qur'an dikatakan, "bacalah dan naiklah! Urutkan sebagaimana engkau mengurutkan di dunia, maka sesungguhnya kedudukanmu berada pada akhir ayat yang engkau baca". (HR. Abu Daud, hasan shahih)

Allah memudahkan Anda yang mau menghafal sebagaimana firman-Nya, artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran" (Al-Qomar:17))

2. Membaca buku/kitab yang bermanfaat 

Allah berfirman, artinya: "Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang berilmu beberapa derajat" (QS: Al-Mujadilah: 11)
Rasulullah bersabda, artinya: "Sesungguhnya penuntut ilmu dinaungi oleh para Malaikat dengan sayap mereka." (Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)

Imam Ahmad berkata "Manusia lebih butuh kepada ilmu daripada kepada makan dan minum, karena seseorang butuh makan dan minum sehari sekali atau dua kali, sedang kebutuhannya pada ilmu adalah sejumlah nafasnya".

3. Dzikrullah 

Ia merupakan amalan yang mudah, tanpa biaya maupun susah payah, padahal pahala dan keutamaannya sangat banyak. Allah berfirman, artinya: "Ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu" (Al-Baqarah: 152)

Rasul bersabda, artinya: "Maukah kalian kuberitahu amalan yang paling baik dan paling suci menurut Sang Pemilikmu, mengangkat derajatmu, lebih baik dari infak emas dan uang dan lebih baik dari beperang membunuh musuh kemudian kamu ditebas lehermu? Mereka berkata "Ya, duhai Rasul? Beliau bersabda, "Yaitu dzikir kepada Allah Ta'ala" (HR. At-Tirmidzi)

Terutama dzikir pagi dan sore dan pada setiap memulai atau mengakhiri pekerjaan.

4. Jihad ( wisata umat Islam) 

Umat yang paling mulia ini memiliki rihlah dan tamasya yang sejati, sebagaimana sabada Nabi , yang artinya: "Tamasya/pesiarnya umatku adalah berjihad (berjuang di jalan Allah)" (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)

Rasul juga bersabda: "Satu pagi atau satu sore hari di jalan Allah adalah lebih baik dari pada dunia dan isinya" (HR. Al-Bukhari)
Ia menjanjikan kemenangan dan kejayaan di dunia dan yang paling pasti di akhirat, dengan syahid tanpa hisab, tanpa siksa kubur, dan masuk surga.
Allah berfirman, artinya: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (Al-Anfal: 60)

5. Bekerja sama dalam berdakwah 

Allah berfirman, artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."(QS. 3:110)

Rasul bersabda: "Siapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia merubahnya dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan lisan, jika tidak mampu maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim)
Rasul juga bersabda, artinya: "Sampaikan dariku meskipun satu ayat" HR. Al-Bukhari)

Sungguh kita tahu bahwa musuh Islam telah mengatur siasat dan strategi dengan baik, maka wajiblah kita meningkatkan usaha keras kita membela agama Allah.

6. Menunaikan Amalan Sunnah 

Amalan-amalan sunnah dapat melengkapi kekurangan pada ibadah yang wajib dan dapat mengangkat derajat di sisi Allah.

Allah berfirman (dalam hadits Qudsi), yang artinya: "Siapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya, tiada sarana pendekatan padaKu yang paling Aku cintai bagi hambaKu melebihi apa yang Aku wajibkan padanya. HambaKu tiada hentinya mendekatiKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku menyin-tainya." (HR. Al-Bukhari)

Berusahalah semampu Anda untuk berlomba menunaikan amalan sunnah dari shalat, shadaqah, puasa dan lain-lain.

7. Menghadiri ceramah atau pengajian 

Rasulullah bersabda: "Tiadalah suatu kaum berkumpul di salah satu masjid Allah dengan membaca kitab Allah dan mempelajarinya diantara mereka, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, ketenangan turun kepada mereka dan rahmat tercurah, serta Allah membangga-banggakan mereka kepada malaikat yang ada disisiNya". (HR. Muslim)

8. Ziarah Masjidil Haram dan Umrah 

Rasulullah bersabda: "Satu umrah ke umrah yang lain adalah pelebur (dosa) antara keduanya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Begitu besar pahala shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi melebihi masjid di seluruh dunia,disana banyak sarana mencapai hidayah Allah.

9. Mendengarkan kaset /CD 

Baik itu ceramah keagamaan atau murattal Al-Qur'an, kemudian jika perlu dibuat catatan dan ringkasan yang rapi, ini sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain.

10. Mengunjungi orang-orang shaleh di dalam atau di luar kota 

Rasulullah mengisahkan: "Seorang menziarahi temannya di desa lain, di tengah perjalanan Allah mengutus malaikat menyertainya, datang dan bertanya: "Anda mau pergi kemana?" ia menjawab, "ke saudara di desa sana", "Apakah karena satu kenikmatan yang Anda inginkan? Ia menjawab: "Tidak, saya hanya menyintainya karena Allah 'Azza wa Jalla" . Malaikat berkata: "Sesungguhnya saya adalah utusan Allah (mengabarkan) sesungguh-nya Allah telah menyintai Anda sebagaimana Anda telah menyintainya karena Dia" (HR. Muslim)

11. Silaturrahmi 

Sanak kerabat, teman, dengan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, mereka itulah yang di puji Allah dalam firmanNya, artinya: "Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk". (QS. 13:21)

Rasullah bersabda: "Siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia bersilturahmi" (HR. Al-Bukhari Muslim)

12. Ziarah rumah sakit dan kuburan 

Dimana kita dapatkan pahala yang agung, mendo'akan dan menghibur orang sakit, sedangkan tentang kuburan Rasulullah n bersabda, artinya: "Ziarahi ia (kuburan), karena sesungguhnya ia mengingatkan kamu pada Akhirat" (HR. Muslim)

13. Mengadakan penelitian 

Menyusun ikhtisar dari suatu buku atau kaset atau bisa juga melakukan study lapangan mengenai berbagai perkembangan yang ada kemudian hasilnya kita berikan kepada pihak yang sekiranya membutuhkan, siapa tahu bisa dipublikasikan dan akan sangat banyak manfaatnya.

14. Membantu orang lain 

Rasulullah bersabda, artinya: "Jika seseorang kalian berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi kebutuhan-nya dan menunjukkan dengan jarinya maka itu lebih utama dari pada ber'itikaf di dalam masjidku (An-Nabawi) ini selama dua bulan" (HR. At-Thabrani)

Beliau juga bersabda, artinya: "Siapa yang melepaskan kesulitan seseorang mukmin dari urusan dunia maka Allah melepaskannya dari kesulitan di hari Kiamat" (Muttafaq 'alaihi)

15. Bepergian ke negara-negara Islam 

Baik untuk tujuan dakwah, merenungi ciptaan Allah atau tujuan-tujuan lain yang dibolehkan. Selain itu juga dapat menghilangkan kepenatan, menambah relasi bisnis, ilmu dan budaya.

16. Membuka perpustakaan umum di masjid-masjid 

Kemudian menyelenggarakan seminar, forum-forum ilmiah, diskusi, majlis ta'lim atau halaqah disana yang ini semua akan menambah ilmu dan persaudaraan.

17. Kegiatan bisnis/berdagang dengan halal 

Itulah pencaharian Nabi , khalifah beliau Abu Bakar, Umar, Utsman dan lain-lain yang mulia. Jangan sampai melakukan jual beli dengan cara-cara yang haram atau berdagang barang-barang yang dilarang.

Allah berfirman, artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka berte-baranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (QS. 62:10)

18. Mengikuti kontrak kerja yang bermanfaat 

Pada lapangan kerja yang halal bukan subhat atau haram, dalam lingkungan dan aturan yang baik(sesuai dengan syariat). Dengan niat yang ikhlas dan benar setiap usaha halal dapat bernilai ibadah.

19. Berlatih olah raga 

Untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tubuh dengan catatan tidak melalaikan dan tidak melanggar batasan syar'i, juga untuk persiapan berjuang di jalan Allah, serta ketangguhan jiwa, sebab sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim bahwa bila jiwa lelah ia akan jemu/bosan, sesaat demi sesaat.

20. Mengikuti kursus-kursus 

Meskipun dengan mengeluarkan biaya, dan tentunya juga harus melihat kemampuan. Manfaatnya jelas tidak diragukan seperti, agronomi, agro-bisnis, komputer, pertambangan, kelautan, kerajinan tangan/home industri, tata boga, merawat taman, yang mendatangkan manfaat dan rizki yang halal. Kemudian jika anda ternyata memiliki bakat tertentu, seperti khot (menulis indah), pertukangan, percetakan sablon dan lain-lain ada baiknya bila dikembangkan.

Disarikan dari waqafat ma'a al-waqti wa kaifa istiqhlal al-faraagh, Abdul Ilah bin Ibrahim Dawud (Waznin/alsofwah)
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com
 

♥ Home Sweet Home ♥ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal