. ♥ Home Sweet Home ♥: Ibu Aku Mencintaimu …..

Pages

Rabu, 18 Mei 2011

Ibu Aku Mencintaimu …..

Diposting oleh ♥ Sweet Home ♥ di 04.13

Ibu Aku Mencintaimu …..
Apakah engkau masih teringat ketika ibumu berkisah tentang bagaimana perasaannya ketika kabar bahagia yang telah ia dapatkan, suatu kabar yang seluruh ibu di seluruh penjuru negeri sangat memahami maknanya dengan baik, suatu kabar yang merupakan awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik seorang ibu dan suatu kabar yang sekaligus merupakan secerca harapan besar yang telah dipersiapkan olehnya. Benar, tidak lain kabar tersebut adalah kabar bahwa akan terlahirnya dirimu ke dunia.
Menunggu dirimu yang masih berada di dalam kandungan merupakan sutu kenangan dan kebahagiaan yang tiada batas oleh ibu. Suatu kebahagian yang memadamkan seluruh rasa lelah, letih serta payah dan suatu kenangan indah yang saat ini masih dikenang indah olehnya.
Tahukah engkau saat usiamu di dalam kandungannya telah mencapai 120 hari, yaitu pada saat Allah mengutus malaikat-Nya untuk meniupkan ruh ke dalam jasadmu dan sekaligus menetapkan kebahagiaan serta kesedihanmu ketika berada di dunia dan di akhirat sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi shalallahu ‘alahi wa salam,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dan, saat itu engkau mulai menggerak-gerakkan badanmu, engkau mulai bermain-main sekehendakmu sendiri dan engkau memutar-mutarkan seluruh ragamu di dalam perut ibumu yang sempit sebagai tanda bahwa engkau hidup di dalam kandungannya. Ibumu sangat gembira merasakan keadaanmu meskipun rasa sakit, dan letih dirasakannya seiring dengan bertambahnya umur dan berat badanmu.
Allah Ta’ala menceritakan tentang keadaan ibumu pada saat itu,
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِير
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS. Luqman 14)
Bagi ibu kesabarannya pada saat itu merupakan kasih sayangnya untukmu, kegelisahannya pada saat itu semata-mata hanya mengkhawatirkanmu dan kepenatan ibumu pada saat itu adalah demi kesehatanmu serta tiada yang dilakukan ibumu pada saat mengandungmu kecuali untuk memberikan yang terbaik untuk dirimu.
Waktu terus berlalu dan saat itu pula engkau sudah tidak lagi betah untuk bermain-main di dalam kandungan ibumu, engkau memberontak dan ibumupun mengetahui isyaratmu bahwa engkau ingin segera keluar  dari kandungannya, bergegas ibumu membawamu ke tempat yang nyaman dan aman  yang disitu kamu bisa dilahirkan dengan baik, dan bersegera pula ayahmu mencari seorang yang ahli yang mampu membantu untuk memenuhi keinginanmu keluar dari kandungan ibumu.
Saat itu adalah saat yang sangat mendebarkan dan menegangkan bagi semua orang yang mengharapkan kehadiranmu terutama bagi ibumu. Ketahuilah, saat itu ibumu merasakan rasa sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dan perasaan khawatir yang sangat besar akan keselamatanmu, hingga seolah-olah terdapat dua pilihan yang nampak di depan matanya yaitu mati ataukah hidup. Dan aku yakin, engkau pasti mengetahui apa yang dipilih oleh ibumu, dengan menahan rasa sakit saat melahirkanmu, di dalam hati, ibumu seraya berdoa, “ Yaa Allah Rabku, permudahlah kelahiran anakku, apabila saat ini adalah kematianku maka matikanlah aku, namun biarkanlah anakku hidup sehingga dia dapat merasakan dunia serta isinya yang telah engkau ciptakan untuknya.”. [1]
Kemudian segala Puji Hanya Milik Allah yang telah menyelamatkanmu sehingga engkau telah terlahir dan yang telah menciptakanmu dengan sempurna.
Akhirnya pada saat itu engkaupun menangis dan jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan bagi seluruh keluarga yang menunggumu, tampak tubuhmu yang berwarna merah sebagai tanda bahwa engkau pernah menjadi satu bagian dalam tubuh ibumu dan matamu yang terpejam mengisyaratkan tanda ketidaksiapanmu untuk melihat dunia barumu. Semua tersenyum melihat keadaanamu, perasaan sakit yang diderita ibumu seolah-olah teredam oleh kelahiranmu yang sempurna, kekhawatiran besar ibumu kemudian berubah menjadi perasaan gembira dengan kedatanganmu, dan ayahmu memeluk dan mencium kamu dan ibumu sebagai wujud kegembiraannya karena engkau telah tiba.
Kemudian waktu demi waktu telah berlalu dan kau pun mulai tumbuh dewasa, kau telah pandai untuk membaca dan menghitung, dan bahkan engkau telah pandai untuk membaca qur’an serta memberikan manfaat untuk benyak orang.
Saudaraku, aku yakin kedewasaanmu saat ini engkau telah mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik untuk ibumu, engkau telah menabung dan merencanakan segala hal dalam rangka untuk memberikan kebahagiaan untuk ibumu sebagai balas budi atas kasih sayang dan susahpayahnya selama membesarkanmu, namun apakah engkau sanggup untuk membalas semuanya? rasulullah mengatakan :
“Seorang anak tidak bisa membalas budi orang tua, kecuali dia mendapati orangtuanya menjadi budak kemudian dia membeli dan memerdekakannya.” (HR. Muslim)
Yang makna hadits ini kemudian dijelaskan oleh Imam An-nawawi, “bahwa seorang anak tidak cukup membalas kebaikan dan memenuhi hak-hak kedua orang tuanya kecuali anak tersebut memerdekakannya”[2]Dan apakah pada saat ini masih ada perbudakan ??
Dalam hati kecilmu mengatakan engkau akan dapat membuat mereka bahagia dengan  segala hal yang ada di dunia ini, padahal bukan itu sebenarnya yang mereka inginkan darimu. Ketahuilah wahai saudaraku, kebahagiaan yang diharapkan oleh ibumu bukan hanya sekedar terletak di dalam harta yang banyak, rumah yang bagus, mobil yang mewah, memberikan ongkos haji, pasangan yang cantik jelita atau lain sebagainya, namun mereka akan bahagia ketika kau senantiasa berbakti dan berbuat baik kepada mereka dengan keindahan tuturkatamu, sopan santunmu dan kebaikan hatimu.
Saudaraku, bila kau meneliti dan belajar kembali segala hal yang terkandung di dalam agama ini, sebenarnya islam adalah sumber petunjuk yang membimbing hidup manusia untuk senantiasa berada dalam kebaikan, dengan kata lain orang yang berada dalam kebaikan adalah orang yang paham tentang agamanya, rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia di dalam agama” (HR. Bukhari dan Muslim).
Banyak sekali contoh-contoh dan bukti-bukti yang menunjukkan kebaikan dari agama ini, khususnya dalam hal berbakti kepada orang tua yang bisa kau dapatkan dengan cara membaca, duduk dalam majelis ilmu syar’i dan lain sebagainya yang kebaikan tersebut apabila kau berikan kepada kedua orangtuamu maka akan berubah menjadi suatu kebahagiaan yang akan dirasakan oleh hati mereka. Diantara salah satu bukti kecilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang memerintahkan hambanya untuk berbakti kepada orang tua, Allah ta’ala berfirman :
إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS, Al-Luqman 14)
Kemudian Allah ta’ala juga memberikan bimbingan bagaimana seorang anak harus bersikap baik kepada kedua orangtuanya terutama ketika mereka sudah lanjut usia, karena pada saat itu keadaan orang tua adalah sangat lemah dan sangat membutuhkan pertolongan dari anaknya, Allah berfirman :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (al-Isra’ 23)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam juga telah banyak memberikan pelajaran tentang bagaimana cara berbakti kepada orangtua melalui hadits beliau yang mengabarkan tentang kisah-kisah orang-orang terdahulu dan para sahabat yang berbakti kepada orangtuanya, diantaranya adalah kisah Uwais al-Qarni, kisah 3 orang yang terperangkap di dalam goa yang kemudian sanggup keluar karena bertawasul dengan dengan amal kebaikannya yaitu berbuat baik kepada orang tua dan kisah-kisah yang lain.
Kemudian dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitabnya Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata, “Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum dia duduk” [3]
Meskipun hal-hal diatas adalah teruntuk kedua orangtua secara umum, namun ketahuilah wahai saudaraku, bahwa ibu adalah orang yang paling berhak untuk mendapatkan segala perlakuan baik tersebut dan ibu harus lebih didahulukan karena beliau lebih banyak bersusah payah, banyak memberikan kasih sayang dan pelayanan kepada anaknya, ibu juga lebih banyak mengalami kesukaran disaat mengandung, disaat menyusui, kemudian mendidik, melayani serta merawat anaknya ketika sedang sakit dan lain sebagainya[4]. Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata : Datang seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian dia bertanya : Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan begitu banyak balasan yang akan diberikan kepada Allah untukmu wahai saudaraku, apabila engkau berbakti kepada kedua orangtuamu dengan ikhlas, semata-mata hanya karena mendaptkan pahala dari Allah, diantaranya adalah Allah akan memasukkan seseorang dari pintu surga yang paling tengah bagi anak yang bebakti kepada kedua orangtuanya[5], Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”orangtua adalah pintu surga yang paling tengah, apabila kau mau maka sia-siakanlah pintu tersebut atau peliharalah. (HR, Tirmidzi).
Sebagai penutup dari tulisanku ini, saudaraku berbaktilah kepada kedua orantuamu terutama ibumu semata-mata karena Allah telah menyuruhmu untuk berbakti kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menciptakanmu serta ayah dan ibumu kemudian bersyukurlah kepada ibumu yang telah melahirkan dan merawatmu. Bersegeralah untuk berbuat kebaikan karena engkau tidak mengetahui kapan dan dimana engkau akan mati serta dimana tempatmu akan kembali.
Saudaraku, manfaatkanlah waktu yang engkau miliki pada saat ini karena saat ini merupakan sebab dan masa yang akan datang merupakan akibat dari segala sesuatu yang engkau lakukan pada saat ini. Apabila saat ini engkau berbakti kepada orangtuamu karena Allah semata maka yakinlah kelak anakmu juga akan membalasnya karena seseorang yang menanam pasti akan memetik hasilnya dan balasan bagi seseorang adalah tergantung dari amal perbuantannya.
Saudaraku, ketahuilah bahwa segala sesuatu yang tercela adalah segala hal yang mengacaukan hati dan perasaan takut apabila orang lain mengetahui, sedangkan segala sesuatu yang terpuji adalah segala hal yang menentramkan hati dan perasaan bangga ketika orang lain mengetahui.
Semoga Allah memberikan kemudahan disetiap urusan-urusan kita yang baik dan semoga Allah mengampuni dosa-dosaku, dosa-dosamu dan dosa kedua orang tua kita.
Selesai tanggal 19 Maret 2010 jam 10.41pm
Wisma AlHijrah, Pogung Kidul, Utara Kampus Teknik UGM, Yogyakarta
Hendra Yudi Saputra
Di dalam tulisan ini aku menggunakan kata ganti “engkau” dengan tujuan untuk lebih menekankan pernyataanku diatas untuk diriku pribadi, karena sebuah nasehat akan lebih tertanam dihati sang pemberi nasehat daripada obyek yang diberi nasehat.

[1] Ungkapan seorang ibu
[2] Fiqhut ta’muli ma’al walidaini, hal 12
[3] Shahih Al-Adabul Mufrad no. 32
[4] Fiqhut ta’muli ma’al walidaini, hal 17
[5] Fiqhut ta’muli ma’al walidaini, hal 12

0 komentar on "Ibu Aku Mencintaimu ….."

Posting Komentar

Ibu Aku Mencintaimu …..


Ibu Aku Mencintaimu …..
Apakah engkau masih teringat ketika ibumu berkisah tentang bagaimana perasaannya ketika kabar bahagia yang telah ia dapatkan, suatu kabar yang seluruh ibu di seluruh penjuru negeri sangat memahami maknanya dengan baik, suatu kabar yang merupakan awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik seorang ibu dan suatu kabar yang sekaligus merupakan secerca harapan besar yang telah dipersiapkan olehnya. Benar, tidak lain kabar tersebut adalah kabar bahwa akan terlahirnya dirimu ke dunia.
Menunggu dirimu yang masih berada di dalam kandungan merupakan sutu kenangan dan kebahagiaan yang tiada batas oleh ibu. Suatu kebahagian yang memadamkan seluruh rasa lelah, letih serta payah dan suatu kenangan indah yang saat ini masih dikenang indah olehnya.
Tahukah engkau saat usiamu di dalam kandungannya telah mencapai 120 hari, yaitu pada saat Allah mengutus malaikat-Nya untuk meniupkan ruh ke dalam jasadmu dan sekaligus menetapkan kebahagiaan serta kesedihanmu ketika berada di dunia dan di akhirat sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi shalallahu ‘alahi wa salam,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dan, saat itu engkau mulai menggerak-gerakkan badanmu, engkau mulai bermain-main sekehendakmu sendiri dan engkau memutar-mutarkan seluruh ragamu di dalam perut ibumu yang sempit sebagai tanda bahwa engkau hidup di dalam kandungannya. Ibumu sangat gembira merasakan keadaanmu meskipun rasa sakit, dan letih dirasakannya seiring dengan bertambahnya umur dan berat badanmu.
Allah Ta’ala menceritakan tentang keadaan ibumu pada saat itu,
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِير
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS. Luqman 14)
Bagi ibu kesabarannya pada saat itu merupakan kasih sayangnya untukmu, kegelisahannya pada saat itu semata-mata hanya mengkhawatirkanmu dan kepenatan ibumu pada saat itu adalah demi kesehatanmu serta tiada yang dilakukan ibumu pada saat mengandungmu kecuali untuk memberikan yang terbaik untuk dirimu.
Waktu terus berlalu dan saat itu pula engkau sudah tidak lagi betah untuk bermain-main di dalam kandungan ibumu, engkau memberontak dan ibumupun mengetahui isyaratmu bahwa engkau ingin segera keluar  dari kandungannya, bergegas ibumu membawamu ke tempat yang nyaman dan aman  yang disitu kamu bisa dilahirkan dengan baik, dan bersegera pula ayahmu mencari seorang yang ahli yang mampu membantu untuk memenuhi keinginanmu keluar dari kandungan ibumu.
Saat itu adalah saat yang sangat mendebarkan dan menegangkan bagi semua orang yang mengharapkan kehadiranmu terutama bagi ibumu. Ketahuilah, saat itu ibumu merasakan rasa sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dan perasaan khawatir yang sangat besar akan keselamatanmu, hingga seolah-olah terdapat dua pilihan yang nampak di depan matanya yaitu mati ataukah hidup. Dan aku yakin, engkau pasti mengetahui apa yang dipilih oleh ibumu, dengan menahan rasa sakit saat melahirkanmu, di dalam hati, ibumu seraya berdoa, “ Yaa Allah Rabku, permudahlah kelahiran anakku, apabila saat ini adalah kematianku maka matikanlah aku, namun biarkanlah anakku hidup sehingga dia dapat merasakan dunia serta isinya yang telah engkau ciptakan untuknya.”. [1]
Kemudian segala Puji Hanya Milik Allah yang telah menyelamatkanmu sehingga engkau telah terlahir dan yang telah menciptakanmu dengan sempurna.
Akhirnya pada saat itu engkaupun menangis dan jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan bagi seluruh keluarga yang menunggumu, tampak tubuhmu yang berwarna merah sebagai tanda bahwa engkau pernah menjadi satu bagian dalam tubuh ibumu dan matamu yang terpejam mengisyaratkan tanda ketidaksiapanmu untuk melihat dunia barumu. Semua tersenyum melihat keadaanamu, perasaan sakit yang diderita ibumu seolah-olah teredam oleh kelahiranmu yang sempurna, kekhawatiran besar ibumu kemudian berubah menjadi perasaan gembira dengan kedatanganmu, dan ayahmu memeluk dan mencium kamu dan ibumu sebagai wujud kegembiraannya karena engkau telah tiba.
Kemudian waktu demi waktu telah berlalu dan kau pun mulai tumbuh dewasa, kau telah pandai untuk membaca dan menghitung, dan bahkan engkau telah pandai untuk membaca qur’an serta memberikan manfaat untuk benyak orang.
Saudaraku, aku yakin kedewasaanmu saat ini engkau telah mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik untuk ibumu, engkau telah menabung dan merencanakan segala hal dalam rangka untuk memberikan kebahagiaan untuk ibumu sebagai balas budi atas kasih sayang dan susahpayahnya selama membesarkanmu, namun apakah engkau sanggup untuk membalas semuanya? rasulullah mengatakan :
“Seorang anak tidak bisa membalas budi orang tua, kecuali dia mendapati orangtuanya menjadi budak kemudian dia membeli dan memerdekakannya.” (HR. Muslim)
Yang makna hadits ini kemudian dijelaskan oleh Imam An-nawawi, “bahwa seorang anak tidak cukup membalas kebaikan dan memenuhi hak-hak kedua orang tuanya kecuali anak tersebut memerdekakannya”[2]Dan apakah pada saat ini masih ada perbudakan ??
Dalam hati kecilmu mengatakan engkau akan dapat membuat mereka bahagia dengan  segala hal yang ada di dunia ini, padahal bukan itu sebenarnya yang mereka inginkan darimu. Ketahuilah wahai saudaraku, kebahagiaan yang diharapkan oleh ibumu bukan hanya sekedar terletak di dalam harta yang banyak, rumah yang bagus, mobil yang mewah, memberikan ongkos haji, pasangan yang cantik jelita atau lain sebagainya, namun mereka akan bahagia ketika kau senantiasa berbakti dan berbuat baik kepada mereka dengan keindahan tuturkatamu, sopan santunmu dan kebaikan hatimu.
Saudaraku, bila kau meneliti dan belajar kembali segala hal yang terkandung di dalam agama ini, sebenarnya islam adalah sumber petunjuk yang membimbing hidup manusia untuk senantiasa berada dalam kebaikan, dengan kata lain orang yang berada dalam kebaikan adalah orang yang paham tentang agamanya, rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia di dalam agama” (HR. Bukhari dan Muslim).
Banyak sekali contoh-contoh dan bukti-bukti yang menunjukkan kebaikan dari agama ini, khususnya dalam hal berbakti kepada orang tua yang bisa kau dapatkan dengan cara membaca, duduk dalam majelis ilmu syar’i dan lain sebagainya yang kebaikan tersebut apabila kau berikan kepada kedua orangtuamu maka akan berubah menjadi suatu kebahagiaan yang akan dirasakan oleh hati mereka. Diantara salah satu bukti kecilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang memerintahkan hambanya untuk berbakti kepada orang tua, Allah ta’ala berfirman :
إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS, Al-Luqman 14)
Kemudian Allah ta’ala juga memberikan bimbingan bagaimana seorang anak harus bersikap baik kepada kedua orangtuanya terutama ketika mereka sudah lanjut usia, karena pada saat itu keadaan orang tua adalah sangat lemah dan sangat membutuhkan pertolongan dari anaknya, Allah berfirman :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (al-Isra’ 23)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam juga telah banyak memberikan pelajaran tentang bagaimana cara berbakti kepada orangtua melalui hadits beliau yang mengabarkan tentang kisah-kisah orang-orang terdahulu dan para sahabat yang berbakti kepada orangtuanya, diantaranya adalah kisah Uwais al-Qarni, kisah 3 orang yang terperangkap di dalam goa yang kemudian sanggup keluar karena bertawasul dengan dengan amal kebaikannya yaitu berbuat baik kepada orang tua dan kisah-kisah yang lain.
Kemudian dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitabnya Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata, “Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum dia duduk” [3]
Meskipun hal-hal diatas adalah teruntuk kedua orangtua secara umum, namun ketahuilah wahai saudaraku, bahwa ibu adalah orang yang paling berhak untuk mendapatkan segala perlakuan baik tersebut dan ibu harus lebih didahulukan karena beliau lebih banyak bersusah payah, banyak memberikan kasih sayang dan pelayanan kepada anaknya, ibu juga lebih banyak mengalami kesukaran disaat mengandung, disaat menyusui, kemudian mendidik, melayani serta merawat anaknya ketika sedang sakit dan lain sebagainya[4]. Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata : Datang seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian dia bertanya : Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan begitu banyak balasan yang akan diberikan kepada Allah untukmu wahai saudaraku, apabila engkau berbakti kepada kedua orangtuamu dengan ikhlas, semata-mata hanya karena mendaptkan pahala dari Allah, diantaranya adalah Allah akan memasukkan seseorang dari pintu surga yang paling tengah bagi anak yang bebakti kepada kedua orangtuanya[5], Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”orangtua adalah pintu surga yang paling tengah, apabila kau mau maka sia-siakanlah pintu tersebut atau peliharalah. (HR, Tirmidzi).
Sebagai penutup dari tulisanku ini, saudaraku berbaktilah kepada kedua orantuamu terutama ibumu semata-mata karena Allah telah menyuruhmu untuk berbakti kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menciptakanmu serta ayah dan ibumu kemudian bersyukurlah kepada ibumu yang telah melahirkan dan merawatmu. Bersegeralah untuk berbuat kebaikan karena engkau tidak mengetahui kapan dan dimana engkau akan mati serta dimana tempatmu akan kembali.
Saudaraku, manfaatkanlah waktu yang engkau miliki pada saat ini karena saat ini merupakan sebab dan masa yang akan datang merupakan akibat dari segala sesuatu yang engkau lakukan pada saat ini. Apabila saat ini engkau berbakti kepada orangtuamu karena Allah semata maka yakinlah kelak anakmu juga akan membalasnya karena seseorang yang menanam pasti akan memetik hasilnya dan balasan bagi seseorang adalah tergantung dari amal perbuantannya.
Saudaraku, ketahuilah bahwa segala sesuatu yang tercela adalah segala hal yang mengacaukan hati dan perasaan takut apabila orang lain mengetahui, sedangkan segala sesuatu yang terpuji adalah segala hal yang menentramkan hati dan perasaan bangga ketika orang lain mengetahui.
Semoga Allah memberikan kemudahan disetiap urusan-urusan kita yang baik dan semoga Allah mengampuni dosa-dosaku, dosa-dosamu dan dosa kedua orang tua kita.
Selesai tanggal 19 Maret 2010 jam 10.41pm
Wisma AlHijrah, Pogung Kidul, Utara Kampus Teknik UGM, Yogyakarta
Hendra Yudi Saputra
Di dalam tulisan ini aku menggunakan kata ganti “engkau” dengan tujuan untuk lebih menekankan pernyataanku diatas untuk diriku pribadi, karena sebuah nasehat akan lebih tertanam dihati sang pemberi nasehat daripada obyek yang diberi nasehat.

[1] Ungkapan seorang ibu
[2] Fiqhut ta’muli ma’al walidaini, hal 12
[3] Shahih Al-Adabul Mufrad no. 32
[4] Fiqhut ta’muli ma’al walidaini, hal 17
[5] Fiqhut ta’muli ma’al walidaini, hal 12

0 komentar:

Posting Komentar

 

♥ Home Sweet Home ♥ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal